5 Film Rekomendasi Terkait Peristiwa G30S PKI 1965

- 26 September 2022, 11:09 WIB
5 Film Rekomendasi Terkait Peristiwa G30S PKI 1965
5 Film Rekomendasi Terkait Peristiwa G30S PKI 1965 /Instagram.com/@monumenpancasilasakti

Media Magelang - Berikut lima film rekomendasi yang layak Anda tonton terkait peristiwa 30 September 1965 alias G30S PKI.

Tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila setelah didahului oleh pembunuhan tujuh Pahlawan Revolusi pada 30 September 1965 yang dikenal sebagai peristiwa G30S PKI.

Kejadian berdarah 30 September 1965 tersebut (G30S PKI) menyisakan luka mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia dan dituangkan dalam film.

Berikut lima film (baik dokumenter maupun drama) terkait G30S PKI sebagaimana Media Magelang rangkum dari berbagai sumber:

Baca Juga: Download Video CapCut Tanpa Watermark Gratis Cukup Pakai Link Savefrom.net Ini Lho!

1. Surat Dari Praha (2016)

Film besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko menceritakan seorang perempuan muda bernama Laras (Julie Estelle) yang ditugaskan oleh sang ibu Sulastri (Widyawati) untuk terbang ke Praha demi memberikan kotak surat ke seorang pria bernama Jaya (Tio Pakusadewo).

Laras sendiri baru bercerai dengan suaminya (yang diperankan Chico Jericho) yang berselingkuh saat Laras hamil.

Sesampainya di Praha, masalahnya tak semulus itu karena Jaya menolak mentah-mentah kotak surat itu.

Laras pulang dengan sia-sia namun akhirnya dia dirampok sehingga terpaksa menginap di apartemen Jaya karena tak punya siapa-siapa di Praha.

Dari situ, terbukalah masa lalu Sulastri dengan Jaya.

Keduanya sempat memadu kasih namun Jaya yang saat itu menuntut ilmu di Republik Ceko (saat masih bernama Cekoslowakia) tidak bisa pulang setelah G30S PKI.

Banyak orang Indonesia yang saat itu menuntut ilmu di negara-negara yang berpaham komunis (atau menghadiri konferensi atau kegiatan sejenis) yang akhirnya tidak bisa pulang dan kehilangan kewarga negaraannya karena dianggap terkait dengan PKI.

Baca Juga: Simak Jadwal Tayang Antares Season 2 Lengkap dengan Link Nonton Full Legal

Surat-surat tersebut adalah surat Jaya kepada Sulastri.

Laras sempat menuding Jaya membuat pernikahan ibu dan almarhum bapaknya tidak berjalan harmonis.

Jaya mengungkapkan betapa sedihnya dia tak bisa memenuhi janjinya menikahi Sulastri karena keadaan namun dia tetap mencintai perempuan itu seumur hidupnya.

Akhirnya hubungan anak dan mantan calon suami ibunya pun bisa cair kembali.

2. Sang Penari (2011)

Salah satu film Indonesia terbaik mengenai kisah romantisme yang campur aduk dengam tradisi dan situasi politik.

Kisah dimulai dari Srintil (Prisia Nasution)yang hidup sebatang kara setelah orang tuanya keracunan makan tempe bongkrek buatan mereka sendiri.

Menjadi penari ronggeng adalah cara untuk menebus kesalahan orang tuanya.

Namun ada hal yang harus dibayar mahal karena Srintil harus siap dengan segala aktivitas seksual termasuk lelang keperawanan.

Hal ini membuat teman masa kecilnya Rasus (Oka Antara)tidak menyukainya karena dia mencintai Srintil.

Srintil memilih melepas keperawanan untuk Rasus yang cuma serabutan sementara di luar sana banyak laki-laki yang siap meniduri sang ronggeng dan siap membayar dengan harga tinggi.

Rasus terpaksa pergi karena tak sanggup melihat Srintil jadi ronggeng dan membiarkan tubuhnya jadi milik banyak orang.

Rasus akhirnya pergi dari Dukuh Paruk dan bertemu Letnan Binsar (Tio Pakusadewo) yang kemudian merekrutnya jadi tentara.

Kehadiran Bakar (Lukman Sardi) yang aktivis PKI, luwes berbicara mulai mewarnai kampung Dukuh Paruk.

Kisah penangkapan orang-orang yang diduga PKI mewarnai kisah cinta Srintil dan Rasus.

Film ini adalah adaptasi dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari tahun 1982.

Kita bisa melihat betapa banyak orang yang buta huruf, tidak tahu apa-apa soal politik (hanya sekedar terima bantuan sembako atau menghadiri acara terkait organisasi beraliran kiri) namun ditangkap dan dipenjara tanpa diadili (karena dianggap anggota PKI).

3. Pengasuh 65

Ini adalah film dokumenter berisi kisah Alpiah Makasedape, mantan pengasuh Ade Irma Suryani, puteri Jenderal AH Nasution yang tertembak saat tragedi itu.

Oma Alpiah (sapaan akrabnya) menceritakan betapa keluarga Jenderal AH Nasution memperlakukan orang dengan baik tanpa melihat latar belakang,cuku, agama dan apapun.

Saat Ade Irma tertembak dan sempat dirawat di rumah sakit, bocah tersebut masih memikirkan nasib orang lain dan itu membuat Oma Alpiah tersentuh.

Oma Alpiah yang asal Sangihe tersebut menceritakan juga betapa dirinya yang orang desa bisa merasakan ada di satu pesawat dengan Presiden Soekarno.

Film ini disutradarai oleh Audro Cristofel dan Billy Maningir dan bisa disaksikan di kanal Youtube Sangihe Documentary Film.

4. You and I (2020)

Salah satu film dokumenter terbaik yang mendapat penghargaan di FFI dan ajang festival film dokumenter internasional.

Bercerita tentang dua mantan tapol Kusdalini dan Karminah yang menghabiskan hidup bersama selepas dari penjara.

Terasing dari keluarga, tidak bisa bekerja, beraktivitas, bahkan tidak menikah membuat mereka menjadi saling mendukung satu sama lain.

Keduanya berjualan soto, kerupuk dan membuka katering untuk bertahan hidup.

Sutradara Fanny Chotimah ingin menggambarkan betapa efek stigmatisasi membawa dampak yang tidak bisa dianggap enteng dalam kehidupan seseorang.

Dalam hal ini, Kusdalini dan Karminah mengalami dipenjara tanpa melalu proses pengadilan dan selepas dari penjara mereka mengalami cap-cap negatif dari masyarakat dan juga (mirisnya) dari keluarga sendiri.

Fanny Chotimah berusaha membuat suasana menjadi cair dan alami karena menggambarkan kehidupan kedua lansia tersebut.

Film You and I meraih penghargaan sebagai film dokumenter terbaik Asia dalam ajang Asian Competition of the 12th DMZ International Documentary Film Festival.

Sayangnya, Kusdalini dan Karminah sudah berpulang saat film mengenai kehidupan mereka meraih penghargaan.

Kusdalini yang saat proses pembuatan film sempat bolak-balik dirawat di rumah sakit meninggal pada 2017 sementara Karminah menyusul setahun kemudian

5. Jagal dan Senyap

Kedua film dokumenter ini disutradarai oleh orang yang sama: Joshua Oppenheimer dari mengambil dua sisi berbeda.

Jagal (The Act of Killing) bercerita mengenai mereka yang menjadi eksekutor anti PKI.

Pengambilan film tersebut dilakukan sebagian besar di Sumatera Utara periode 2005-2011 dan diputar di Festival Film Internasional Toronto pada 2012.

Jagal masuk nominasi kategori Film Dokumenter Terpanjang terbaik di Piala Oscar 2014.

Sementara Senyap (The Look of Silence) menceritakan tentang keluarga yang kehilangan anggotanya karena menjadi korban pembunuhan massal.

Film Senyap diputar bersamaan dengan hari HAM Internasional pada 10 Desember 2014.

Namun sekitar dua minggu lebih berselang, Lembaga Sensor Film (LSF) melarang pemutaran film ini.

Film Senyap juga meraih berbagai penghargaan internasional dan mendapat nominasi di Piala Oscar.

Demikian lima film rekomendasi terkait peristiwa G30S PKI.***

Editor: Devana Dea Prastya

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah