Network
Media Magelang - Jumat adalah hari kelima dalam kalender Masehi, dan hari keenam dalam Kalender Islam (Hijriah).
Bagi umat Islam, Jumat dikenal sebagai hari penuh berkah untuk melakukan amalan-amalan baik, seperti bersedekah, dan memohon pada Tuhan apa yang menjadi impiannya.
Namun terlepas dari segala kebaikan dan keberkahan hari Jumat, masih sangat jarang diketahui asal muasal penamaan hari Jumat itu sendiri.
Berikut sejumlah hal penting tentang asal muasal penamaan hari Jumat yang jarang diketahui, tapi patut diketahui.
Di masa Jahiliyah, bangsa Arab memiliki nama-nama tersendiri untuk semua hari dari Senin hingga Minggu.
Hari Sabtu, bangsa Arab Jahiliyah menamainya dengan Syiyar, dan Minggu mereka menyebutnya dengan nama Awwal.
Untuk hari Senin, bangsa Arab Jahiliyah memberinya nama Ahwan, Jubar untuk Selasa, dan Dubar untuk Rabu.
Sementara nama untuk hari Kamis adalah Mu’nis, dan hari Jumat adalah ‘Arubah.
Di masa Bangsa Arab Jahiliyah, ‘Arubah atau Jumat dikenal sebagai hari yang penuh dengan perbuatan buruk, di antaranya adalah banyak orang sombong yang pamer kekayaan.
Tak hanya itu, ‘Arubah juga diisi dengan kegiatan sihir, pamer bakat berpuisi, dan pamer hasil dagang yang melimpah.
Kemudian turunlah Surat Al Jumuah ayat 9 yang mengubah ‘Arubah menjadi hari yang penuh dengan pengakuan dosa, introspeksi diri, dan pendekatan kepada Allah.
Selain itu, persatuan umat dan silaturahmi akbar juga dilakukan pada ‘Arubah yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Jumat.
Setelah proses perubahan itu, bangsa Arab menetapkan Jumat sebagai Sayyidul Ayyam, yang artinya tuan dari seluruh hari.
Jumat memiliki arti sebenarnya sebagai hari berkumpulnya manusia, dan memiliki tiga pelafalan yang berbeda-beda, yaitu Jumu’ah, Jumuah, dan Jum’ah.
Demikianlah informasi tentang asal muasal penamaan hari Jumat yang jarang diketahui, tapi sangat patut untuk diketahui.***
