Atlit Bulutangkis Indonesia Markis Kido Meninggal Akibat Henti Jantung, Berikut Penjelasan dr. Tirta

- 15 Juni 2021, 18:22 WIB
 Aktivis dan dokter muda, dr. Tirta/ Instagram: @dr.tirta
Aktivis dan dokter muda, dr. Tirta/ Instagram: @dr.tirta /

Media Magelang – Atlit bulutangkis Indonesia, Markis Kido dinyatakan meninggal karena mengalami kasus henti jantung.

Kasus henti jantung yang dialami oleh Markis Kido ini dijelaskan oleh dr.Tirta secara ilmiah melalui akun instagramnya @dr.tirta.

dr.Tirta secara singkat dan padat menjelaskan bagaimana henti jantung tersebut menimpa Markis Kido pada Senin 14 Juni 2021.

Baca Juga: Legenda Badminton Markis Kido Berpulang, Warganet Mengenang Medali Emas Olimpiade 2008

Dilansir dari akun Instagram @dr.tirta pada 15 Juni 2021, dia menyamakan kasus yang menimpa Markis Kido ini mirip dengan yang dialami oleh Gelandang Denmark, Christian Eriksen.

Sebelumnya, ketika di Grup B Euro 2020, Denmark vs Finlandia, diketahui bahwa Eriksen tiba-tiba terjatuh.

Hal itu diungkapkan oleh dr.Tirta melalui unggahan di instagramnya juga bahwa dia mengalami henti jantung.

Menurut dr.Tirta, henti jantung atau dalam medis disebut cardiac arrest sering terjadi pada atlit yang sedang latihan.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Markis Kido Pemain Bulu Tangkis Nasional Meninggal Dunia 14 Juni 2021

Hal ini dianggap bukan hal baru yang terjadi di dunia olahraga.

Dia juga menjelaskan bahwa kasus tersebut terjadi ketika jantung berhenti berdetak dikarenakan pompa jantung Markis Kido bermasalah.

Masalah yang terjadi akibat adanya gangguan kelistrikan atau sumbatan pada arteri besar yang ada di jantung.

Kondisi tersebut bisa terjadi karena adanya aktivitas yang berlebihan dari Markis Kido.

Aktivitas yang berlebihan menyebabkan pompa jantung Markis Kido melemah, sehingga sistem kerja jantung menurun.

Hal tersebut mengakibatkan kerja jantung menjadi terhambat saat memompa darah ke seluruh tubuh.

Keterlambatan pemompaan ini membuat oksigen dalam darah menjadi berkurang.

Keadaan yang terjadi pada pemompaan darah itu juga berbahaya untuk otak.

Hal ini karena jika otak tidak terkena suplai darah maka jaringannya bisa rusak dan orang tersebut akan kehilangan kesadaran.

Untuk atlit profesional, seperti Markis Kido, biasanya memiliki dinding jantung yang tebal dan perlu adanya pengecekan EKG oleh dokter.

“Pada atlit ini biasanya dinding jantungnya menebal sehingga dokter-dokter rutin mengecek EKG untuk mengetahui kegiatan jantung pada atlit,” ucap dr.Tirta melalui akun instagramnya.

Menurutnya, hal ini dapat ditangani melalui pertolongan pertama dari orang sekitar.

Untuk penanganan henti jantung ini dapat dilakukan dengan cara Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Oleh sebab itu, dr.Tirta memberikan solusi agar ada pelatihan RJP yang ditujukan untuk orang awam sejak dini di sekolah.

Hal ini dikarenakan apabila seseorang dapat melakukan RJP dengan benar, maka dapat memberikan waktu yang lebih untuk selanjutnya ditangani tim medis.

Selain itu, dr.Tirta juga memberikan solusi kepada para atlit untuk rutin melakukan pemeriksaan EKG ke puskesmas atau dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.

Adanya check up rutin bagi para atlit juga menjadi solusi yang dapat dilakukan demi kesehatan mereka.

Dari penjelasan dr.Tirta terkait kasus Henti Jantung yang dialami Markis Kido, semoga dapat membuat seluruh atlit di Indonesia lebih memperhartikan kesehatannya.***

Editor: Puspasari Setyaningrum

Sumber: Instagram @dr.tirta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah