Telegram Akan Hapus Seruan Publik untuk Melakukan Kekerasan

20 Januari 2021, 07:30 WIB
Bos Telegram Pavel Durov nyatakan sudah hapus ribuan pesan pengguna yang bernada kekerasan di aplikasinya. /Telegram/

Media Magelang - Meningkatnya ketegangan politik di Amerika Serikat membuat pendiri Telegram Pavel Durov tidak bisa tinggal diam.

Aplikasi Telegram segera menyatakan bahwa layanan obrolannya telah menghapus ratusan seruan publik untuk melakukan kekerasan, sesuai dengan persyaratan layanan dalam platform aplikasi berbagi pesan tersebut.

Seperti dikutip dari The Verge, pada Selasa 19 Januari 2021, dimana Durov menekankan bahwa layanannya berkomitmen untuk melarang seruan yang secara aktif memicu kekerasan.

Baca Juga: Live Streaming Liga Inggris Leicester City vs Chelsea di Mola TV

"Telegram menyambut baik debat dan protes damai, tetapi Persyaratan Layanan kami secara eksplisit melarang penyebaran seruan publik untuk melakukan kekerasan," tegas Durov.

"Gerakan sipil di seluruh dunia bergantung pada Telegram untuk membela hak asasi manusia tanpa menimbulkan kerugian," dia melanjutkan.

Namun, Durov tidak membahas fitur obrolan terenkripsi Telegram, yang melindungi percakapan dari akses luar, salah satu keunggulan dari aplikasi ini.

Baca Juga: Tinjau Langsung Terapi Plasma Konvalesen, Ganjar Pranowo Beri Dukungan

Telegram melawan kekerasan dan terorisme di ruang publik, tetapi menolak tekanan yang meningkat untuk membuat percakapan di platform lebih dapat diakses oleh penegak hukum.

Efek Dari Penyerangan Gedung Capitol dan Kebijakan Privasi WhatsApp

Pasca penyerangan pro-Trump di Amerika Serikat, perdebatan tentang nilai enkripsi menghidupkan kembali seruan untuk melemahkan perlindungan privasi untuk layanan obrolan terenkripsi.

Telegram juga telah mengalami lonjakan ancaman kekerasan seperti yang dilaporkan oleh aplikasi layanan berbagi pesan lainnya selama sebulan terakhir.

Baca Juga: Berita Erupsi Gunung Merapi Hari Ini, BPPTKG Rekam Guguran Awan Panas Terjadi Pukul 02.27 WIB

"Pada awal Januari, tim moderasi Telegram mulai menerima peningkatan jumlah laporan tentang aktivitas publik terkait AS di platform kami," ujar Durov.

"Tim bertindak tegas dengan menekan saluran AS yang menganjurkan kekerasan. Berkat upaya ini, pekan lalu kami memblokir dan menutup ratusan seruan publik untuk kekerasan yang dapat mencapai puluhan ribu pelanggan," dia menambahkan.

Begitu pula dengan peningkatan jumlah pengguna yang signifikan setelah perubahan kebijakan privasi WhatsApp menyebabkan banyak orang meninggalkan layanan tersebut.

Baca Juga: BPPTKG: Gunung Merapi Sudah Alami Erupsi Efusif Sejak 4 Januari 2021

Signal juga mendapatkan jutaan pengguna selama migrasi tersebut, yang membebani infrastruktur layanannya sehingga sempat tidak dapat diakses selama lebih dari 24 jam.***

Editor: Puspasari Setyaningrum

Sumber: ANTARANEWS

Tags

Terkini

Terpopuler