Ganjar Pranowo sebut Dolanan dan Seni Tradisional Hindarkan Siswa dari Paham Radikal

14 April 2021, 15:50 WIB
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo sebut permaian tradisional bisa hibdarkan siswa dari paham radikalisme. /Dok Humas Pemprov Jateng/

Media Magelang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai permainan atau dolanan tradisional bisa membantu siswa sekolah tak berpaham radikal.

Mengingat dari kegiatan dolanan dan seni tradisional siswa akan mampu mengambil nilai keterbukaan satu sama lain, kepemimpinan, kerjasama (teamwork), dan nilai penting lainnya.

Hal tersebut disampaikan Ganjar Pranowo saat kegiatan Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila, dalam rangka puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK Provinsi Jawa Tengah ke 49 tahun 2021, Rabu, 14 April 2021.

Baca Juga: Peduli Bencana NTT, Ganjar Pranowo kirim Bantuan Rp503 Juta

Baca Juga: Ganjar Pranowo Datangi Panti Jompo Pada Buka Puasa Pertama di Ramadhan 2021, Ini Tujuannya

Baca Juga: Setelah NTT, Ganjar Pranowo siap Bantu Penanganan Bencana di Jawa Timur

"Paling bagus sebenarnya dengan seni dan budaya. Pelajar bisa menari, main ketoprak, wayang, dolanan. Itu mengakrabkan, berhubungan, terbuka, ada teamwork, leadership. Gobak sodor, ada leadership," kata Ganjar pada sambutannya.

Pada kegiatan yang bertemakan, Penguatan Keluarga untuk Keluarga Berdaya Dalam Mencegah Radikalisme oleh Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Ganjar menekankan pentingnya siswa aktif pada kegiatan seni dan budaya.

Selain itu pula, Ganjar menekankan pentingnya rasa kemanusiaan terhadap sesama. Misalnya, membantu siswa lainnya yang tengah membutuhkan, ikut membantu saat ada teman yang kesulitan, membantu tetangga yang kesusahan, atau bersikap bijak saat menggunakan media sosial.

Baca Juga: Program Pendidikan Antikorupsi Buat Ganjar Pranowo Diapresiasi KPK

Baca Juga: Gempa 6,7 M di Malang, Ganjar Pranowo: Jateng Siap Kirim Bantuan

Baca Juga: BPBD Kabupaten Kebumen Adakan Simulasi Siklon Tropis Seroja, Ganjar Pranowo: BMKG Sudah Peringatkan Jateng

Jikai media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau sejenisnya, biasanya bermunculan ujaran yang melenceng hendaknya siswa bisa selektif dan bijak dalam menanggapi.

Termasuk jika di medsos terdapat konten yang menyalahkan kebaikan yang selama ini diajarkan orang tua hendaknya diabaikan saja.

"Kalau di medsos ada yang serem, kita beri contoh yang baik," sambungnya.

Paham radikal biasanya berseliweran di media sosial dan biasanya dilakukan oleh kelompok tertentu atau sekelompok kecil yang merasa paling benar sendiri, sedangkan pihak lain adalah salah.

Dengan latar belakang radikalisme atau terorisme adalah fanatisme dan fundamentalisme agama yang berlebihan, nasionalisme yang berlebihan, separatisme, dan melakukan aksi kelompok teroris secara profesional.

Dalam kesempatan itu, Ganjar sempat menanyakan beberapa hal kepada siswa se-Jawa Tengah yang hadir secara daring, kaitannya dengan penyikapan mereka bila menemukan perbedaan di sekitarnya.

Seperti halnya berbeda suku, beda agama, beda golongan, ternyata siswa seluruhnya menjawab sikap toleransi lah yang dikedepankan.

Bahkan, bila ada bendera yang harus dikibarkan, siswa menjawab paling utama bendera merah putihlah yang harus dikibarkan.

Ganjar Pranowo menuturkan upaya menangkal radikalisme dengan langkah preventif yaitu menanamkan jiwa nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran, waspada terhadap provokasi dan hasutan, berjejaring dalam komunitas positif dan perdamaian, dan menjalankan aktivitas keagamaan dengan toleran.***

Editor: Eko Prabowo

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler