Clare Daly dan Sejumlah Suara Vokal Mempertanyakan Standar Ganda Barat Terkait Rusia

16 Maret 2022, 13:45 WIB
Pengungsi Ukraina Menderita Kedinginan dan Pasukan Rusia Terjebak di Salju dengan Suhu Minus 20 Derajat Celcius /Reuters

Media Magelang - Anggota Parlemen Uni Eropa Clare Daly secara terbuka mengkritik sikap negara-negara Barat yang memberi perhatian lebih kepada pengungsi Ukraina ketimbang pengungsi dari Timur Tengah.

Clare Daly memuji langkah cepat Uni Eropa dalam merespon krisis pengungsi Ukraina paska serangan Rusia yang merupakan krisis pengungsi terparah Eropa sejak Perang Dunia II.

Namun politisi asal Irlandia ini juga menyayangkan apa yang terjadi pada sejumlah pengungsi Afghanistan yang mengalami pelecehan, kekerasan dan bahkan fitnah.

"Bagaimana kita menjelaskan solidaritas itu, melihat fakta adanya pengungsi Afghanistan di penjara Yunani. Dituduh menyelundupkan orang-orang, atau ada orang yang dipukul mundur dari perbatasan Kroasia dengan keadaan yang begitu mengerikan, mereka disodomi dan dirampok," ujar perempuan 53 tahun tersebut sebagaimana dikutip dari Youtube Eudebates.

Baca Juga: Kena Sanksi Akibat Perang Rusia-Ukraina, Bagaimana Nasib Chelsea Selanjutnya?

Dalam cuitannya di Twitter pada 9 Maret 2022, Clare Daly juga menyoroti apa yang terjadi di Afghanistan dimana pernikahan anak melonjak 500 persen, anak-anak yang dijual keluarganya karena terdesak keadaan, dan kelaparan.

Clare Daly bukan satu-satunya yang kritis terhadap standar ganda Barat yang gerak cepat menunjukkan solidaritas terhadap Ukraina namun diam terhadap krisis kemanusiaan di negara-negara lain.

Sebelumnya, anggota parlemen Irlandia Richard Boyd Barrett mengkritik negara-negara Barat yang cepat memberikan sanksi terhadap Rusia namun tidak berkutik menghadapi Israel yang menduduki lahan Palestina selama 70 tahun.

Baca Juga: Kemarahan Ibu Negara Ukraina Banyak Korban Anak Akibat Serangan Rusia

"Sejujurnya siapapun yang melihat dengan jujur selama puluhan tahun penganiayaan brutal dan tak manusiawi terhadap warga Palestina. Serangan tiada henti terhadap gaza, pencaplokan tanah, penerapan apartheid secara sistematis," ujar politisi sayap kiri tersebut dalam sidang parlemen.

Mengkritik Barat bukan membenarkan tindakan Rusia juga

Anggota parlemen Irlandia lainnya Mick Wallace juga mempunyai pendapat yang sama dengan Clare Daly, yaitu sama-sama mengkritik standar ganda Barat.

Namun Mick Wallace juga mengakui bahwa tindakan Rusia terhadap Ukraina (sekalipun mempunyai alasan keamanan) tidak bisa dibenarkan.

"Russia punya kekhawatiran keamanan bahwa NATO akan masuk Ukraina namun tidak mengubah fakta bahwa yang dilakukan Rusia saat ini adalah kejahatan," ujar pria berambut gondrong tersebut.

Sebelumnya, beberapa cuitan kritis menghiasi Twitter mempertanyakan betapa media fokus memberitakan apa yang terjadi di Ukraina namun tidak memperhatikan apa yang terjadi di Somalia dan Yaman.

"Dalam waktu 48 jam, media-media Barat mengutuk serangan Rusia ke Ukraina dan memberikan liputan lebih banyak ketimbang perang Yaman yang disponsori Arab Saudi dan AS yang sudah berlangsung sejak 2015.

400,000 warga Yaman tewas dan 23 juta menderita kelaparan," demikian cuitan akun @MnarMuh pada 26 Februari 2022, dua hari setelah serangan Rusia ke Ukraina.

Lalu akun @AlanRMacLeod juga lebih jauh lagi berandai-andai bahwa perang di negara-negara lain bisa berakhir jika media memberitakannya seheboh apa yang terjadi di Ukraina.

"Jika media meliput aksi pengeboman Arab Saudi di Yaman,serangan terbaru Israel di Suriah dan aksi pengemboman AS di Somalia hari ini sebagaimana mereka meliput konflik Rusia/Ukraina, maka perang akan berakhir esok hari.

Namun mereka tidak melakukannya. Dan itu adalah pilihan mereka," ujarnya.

Dalam konflik yang sudah memasuki dua minggu, sudah satu juta lebih warga Ukraina meninggalkan negaranya dan mengungsi ke negara-negara perbatasan seperti Polandia, Slovakia dan Romania.

Semakin banyak suara kritis yang mempertanyakan standar ganda Barat, semakin banyak juga yang mempertanyakan apakah konflik ini bisa berakhir.***

Editor: Destri Ananda Prihatini

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler