Menulis Puisi Penuh Haru untuk Ridwan Kamil, JS. Khairen: Mohon Maaf Saya Tidak Ingin Diwawancara

- 7 Juni 2022, 08:23 WIB
Menulis Puisi Penuh Haru untuk Ridwan Kamil, JS. Khairen: Mohon Maaf Saya Tidak Ingin Diwawancara
Menulis Puisi Penuh Haru untuk Ridwan Kamil, JS. Khairen: Mohon Maaf Saya Tidak Ingin Diwawancara /tangkap layar @js_khairen

Media Magelang - Penulis Puisi yang juga merupakan penulis novel best seller serial ‘Kami Bukan’, Jombang Santani Khairen (JS. Khairen) memberikan tanggapan mengenai peristiwa hilangnya anak Ridwan Kami, Emmeril Kahn Mumtadz di Swiss.

JS. Khairen atau pria yang sering disapa Jombang ini merespon peristiwa hilangnya anak Ridwan Kamil dengan menulis puisi penuh haru yang ditulis olehnya, puisi yang unggah melalui akun Instagram pribadinya (@js_kharein).

Puisi penuh haru itu mendapat banyak tanggapan yang positif juga dari Warganet, Puisi berjudul ‘Surat Untuk Sungai’ ini membuat setiap orang yang membacanya akan terenyuh.

Penulis yang aktif dan giat menyuarakan tentang membiasakan membaca buku ke para pengikutnya di Instagram ini memang kerap membuat tulisan-tulisan yang menyentuh hati pembacanya, termasuk puisi penuh haru yang baru-baru ini ia unggah.

Baca Juga: Peringati Hardiknas 2 Mei, Ini Kumpulan Ucapan dan Puisi yang Menginspirasi

Puisi yang ia unggah pada tanggal 31 Mei, 2022 itu ia tulis di caption Instagram pribadi milikinya.

Berikut bunyi bait demi bait puisi penuh haru yang dilansir Media Magelang dari akun Instagram @js_khairen :

Surat untuk Sungai - Tangis paling mengerikan adalah tangis tak bersuara seorang ayah.

Tangannya menyentuh permukaan sungai nan dingin itu. Di dalam hati, ia berteriak. Semoga sentuhan barusan merambat sampai ke anaknya, yang entah berada di mana sekarang. Semoga, sentuhan itu memberi pesan.

Baca Juga: Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Bulan Maret 2022, Ada Hari Film Indonesia hingga Puisi Sedunia

Ia coba lihat-lihat ke dasar sungai. Namun yang terlihat malah hal lain; bayangan saat ia menggendong sang putra pertama kali. Saat hari pertama ia mengantarkannya ke sekolah. Juga saat bersorak bangga saat anaknya lulus.

Masih ia percik-percikkan permukaan sungai itu. Mungkin jika boleh bertanya, ia akan bertanya.

“Di mana anakku, sungai? Tenggelamkah? Di ujung sana menanti kedinginan kah? Sudah menepi? Terduduk di rumah seseorang sambil pengobatan cidera kah? Sungai, tolong beri tahu.”

Pria topi bundar itu runtuh. Setiap hari, jutaan ayah, jutaan orang, jutaan anak, juga khawatir dan ikut berdoa diam-diam untuk mereka. Barang kali kalau boleh ikut terjun ke sana, akan ada banyak ayah yang siap ikut terjun membantu.

Hai sungai yang dingin, tak cukup hangatkah doa yang kami kirim? Yang tiap buka gawai, entah bagaimana secara insting terus mencari berita Eril, Eril, Eril.

Gak kenal Eril, gak terlalu sering ngikutin Kang Emil. Namun beberapa hari belakangan, ada banyak orang yang secara tulus berdoa agar ia segera ditemukan. Tidak cukup hangatkah itu, wahai sungai?

Broadcaster of daily happines, begitu tulisan di bio IG si pria topi bundar. Kurang lebih maknanya adalah, sang penyiar kebahagiaan. Namun, beberapa hari ini ia tengah bersedih. Melihatnya bersedih, kita ikut-ikutan remuk.

Sungai, jika tangis diam-diam seorang ayah adalah tangis paling menakutkan, maka cukupkah tangis dan doa kami, supaya kau menghangat dan mereda? Tolong beritahu ia di mana.

Halaman:

Editor: Sonia Okky Astiti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah