Tak Hanya RA Kartini, Lima Sosok Perempuan Ini Juga Luar Biasa

- 21 April 2021, 13:15 WIB
HDiperingati setiap tanggal 21 April, berikut ini cerita singkat dari RA Kartini semasa hidupnya.*
HDiperingati setiap tanggal 21 April, berikut ini cerita singkat dari RA Kartini semasa hidupnya.* /titikduanet/Denpasar Update

Media Magelang - Tanggal 21 April diperingati sebagai hari kelahiran RA Kartini, sosok perempuan dengan cita-cita mewujudkan persamaan hak perempuan untuk bisa maju.

Lepas dari segala perdebatan dan kontroversinya, pemikiran-pemikiran RA Kartini terkait tradisi, pendidikan,kesetaraan dan hak perempuan terbukti masih relevan hingga kini.

Indonesia banyak memiliki pahlawan perempuan hebat. Contohnya kelima sosok ini yang kisahnya Media Magelang rangkum dari berbagai sumber:

Baca Juga: Ini Dia Kutipan RA Kartini yang Cocok Dijadikan Ucapan Hari Kartini di Medsos

Baca Juga: Ini Harga dan Spesifikasi Lengkap HP Xiaomi Poco X3, Baru Rilis di Indonesia pada 20 April 2021

Baca Juga: Sejarah Hari Kartini Jatuh Pada 21 April, Tokoh Emansipasi Wanita Indonesia asal Jepara

Cut Nyak Dhien

Siapa yang tak mengenal sosok perempuan Aceh pemberani ini. Pihak Belanda pun takut padanya karena Cut Nyak Dhien orang yang mampu memompa semangat rakyat Aceh.

Tewasnya suami pertama Cut Nyak Dhien tahun 1878 membuat perempuan gigih ini bersumpah akan memerangi Belanda.

Cut Nyak Dhien menikah kembali dengan Teuku Umar pada 1880. Keduanya kompak bertempur bersama rakyat Aceh melawan pihak Belanda.

Teuku Umar gugur tahun 1899 dah Cut Nyak Dhien terus melanjutkan perjuangan di daerah Meulaboh hingga kalah pada 1901.

Baca Juga: Sejarah dan Biografi RA Kartini, Sang Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia

Baca Juga: Fakta Sejarah RA Kartini Yang Masih Diperdebatkan Hingga Saat Ini

Baca Juga: Tidak Hanya Identik dengan Kebaya dan Konde, Ini 10 Kutipan RA Kartini Yang Memotivasi

Pengkhianatan pengawal Cut Nyak Dhien membuat pertempuran meletus lagi sehingga dirinya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh.

Akhirnya Cut Nyak Dhien beserta tahanan politik lainnya dibuang ke Sumedang. Cut Nyak Dhien menghembuskan nafas terakhir pada 6 Desember 1908.

Kisah kepahlawanan Cut Nyak Dhien diangkat dalam sebuah film di era 1980an yang dibintangi aktris langganan Piala Citra,Christine Hakim.

Cut Meutia

Cut Meutia adalah salah satu pahlawan perempuan asal Aceh yang gigih menentang penjajahan Belanda.

Bahkan dia rela berpisah dengan suaminya Teuku Syamsarif yang dijodohkan sejak kecil karena sang suami cenderung pro Belanda.

Cut Meutia akhirnya menikah dengan iparnya sendiri yaitu Teuku Chik Muhammad(Teuku Chik Tunong). Keduanya bersatu memerangi Belanda dengan bersatu bersama rakyat Aceh.

Teuku Chik Tunong ditembak mati oleh pihak Belanda menyusul fitnah bahwa dia terlibat dalam terbunuhnya pasukan Belanda di Meunasah Meurandeh Raya.

Cut Meutia menikah kembali dengan Pang Nanggroe atas permintaan Teuku Chik Tunong. Perjuangan pun berlanjut.

Cut Meutia akhirnya gugur pada pertempuran di Alue Kurieng pada 24 Oktober 1910.

Martha Christina Tiahahu

Di usia belia, dia sudah tampil sebagai panglima perang yang mengusir pasukan Belanda dari tanah Maluku.

Martha Christina Tiahahu mendampingi ayahnya Kapitan Paulus Tiahahu memerangi Belanda dari Pulau Nusa Laut dan Pulau Saparua.

Kapitan Paulus Tiahahu juga teman baik Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura.

Keberanian Martha Christina membuat pihak Belanda kebingungan juga, terlebih setelah pimpinan Belanda tewas tertembak.

Akhirnya, pihak Belanda menghukum mati Paulus Tiahahu.Martha Christina pun berontak, meminta agar dirinya yang menggantikan ayahnya.

Pihak Belanda tidak menghukum mati perempuan belia tersebut karena masih di bawah umur.

Sebagai gantinya, Martha Christina dan beberapa pejuang lainnya dibawa ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa.

Di dalam kapal, Martha Christina menolak makanan dan obat-obatan yang diberi pihak Belanda.

Kesehatannya menurun dan akhirnya di usia menjelang 18 tahun, Martha Christina meninggal dunia.

Jasadnya dibuang ke Laut Banda. Namanya ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 1969.

Dewi Sartika

Sama seperti RA Kartini, di tanah Sunda ada Raden Dewi Sartika yang punya cita-cita memajukan kaum perempuan.

Raden Dewi Sartika lahir dari keluarga ningrat yang dengan gigih menentang penjajahan Belanda.

Sejak anak-anak, Dewi Sartika sudah punya minat kepada pendidikan. Bahkan sering bermain sekolah-sekolahan dengan anak-anak sebayanya dan berperan sebagai guru.

Dewi Sartika mulai mendirikan sekolah yang bernama Sekolah Istri pada 16 Januari 1904.

Sekolah ini mengajarkan keterampilan menjahit,merenda selain mengajarkan baca tulis hitung serta ilmu agama.

Dua tahun setelah sekolah tersebut terbentuk, Dewi Sartika menikah dengan salah seorang guru yang mempunyai visi misi yang sama.

Sekolah Istri berkembang.Dari awalnya hanya 20 orang yang ikut, jumlah perempuan yang ingin mendaftar semakin banyak.

Dewi Sartika bahkan menginspirasi banyak perempuan Sunda untuk mendirikan sekolah seperti dirinya.

Banyaknya sekolah perempuan ini memunculkan ide berdirinya organisasi bernama Organisasi Keutamaan Istri untuk menyatukan sistem pembelajaran sekolah-sekolah yang didirikan Dewi Sartika.

Maria Walanda Maramis

Indonesia Timur juga punya tokoh emansipasi perempuan, yaitu Maria Walanda Maramis.

Tidak mengenyam pendidikan tinggi karena harus menuruti tradisi tak membuatnya menyerah dengan keadaan.

Maria terus menambah pengetahuannya dengan membaca dan memperluas pergaulannya.

Maria menikah di usia 18 tahun dengan Jozef Frederik Calusung Walanda, seorang guru bahasa di HIS Manado.

Pernikahan membuat Maria semakin berkembang dengan keliling dari rumah panggung ke rumah lainnya untuk mengajarkan keterampilan.

Maria juga mendirikan organisasi bernama PIKAT(percintaan ibu kepada anak temurunnya) tahun 1917.

PIKAT yang awalnya dibentuk sebagai forum diskusi permasalahan pendidikan anak berkembang menjadi wadah yang bertujuan memajukan kaum perempuan Indonesia.

PIKAT mengembangkan sayapnya ke Jawa dan Kalimantan. Lalu PIKAT mendirikan sekolah Huishound School Pikat dan gratis.

Maria tidak hanya aktif di pendidikan untuk kaum hawa, namun memperjuangkan agar perempuan punya hak suara yang sama di parlemen.

Maria lahir lebih dulu ketimbang Kartini. Namun beberapa referensi mengungkapkan bahwa Maria pun mengagumi apa yang Kartini lakukan untuk bisa mengangkat derajat kaumnya.

Demikian lima sosok pahlawan perempuan hebat yang sama inspiratifnya seperti RA Kartini.***

Editor: Destri Ananda Prihatini

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah