Sejarah Erupsi Gunung Semeru, Ada Kaitan dengan Ramalan Jayabaya?

6 Desember 2021, 08:05 WIB
Badan Geologi ungkapkan bahwa awan panas guguran merupakan ancaman yang khas dari Gunung Semeru. /PIXABAY/astama81

Media Magelang - Berikut merupakan informasi terkait sejarah erupsi Gunung Semeru yang dikaitkan dengan ramalan Jayabaya.

Gunung Semeru merupakan gunung yang memiliki puncak tertinggi di pulau Jawa. Gunung dengan ketinggian 3676 MDPL ini merupakan salah satu gunung yang aktif di Indonesia, namun banyak para pendaki yang tertarik menikmati keindahan alam di puncak tertinggi gunung ini.

Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu, 4 Desember kemarin ini telah menyebabkan putusnya jembatan yang menghubungkan dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.

Kondisi di daerah sekitar Gunung Semeru pasca erupsi pun mejadi gelap karena dipenuhi abu.

Baca Juga: Ganjar Pranowo dan Santri Ponpes Tawangmangu Bersatu Gelar Doa Bersama Korban Erupsi Semeru

Dengan peristiwa erupsi yang terjadi pada Gunung Semeru, tak sedikit orang yang mengaitkan peristiwa alam ini dengan ramalan Jayabaya.

Air yang semula mengalir jernih pada sungai di kaki Gunung Semeru tiba-tiba saja berubah menjadi kecokelatan dan mendadak debit menjadi tinggi.

Sebelum erupsi Gunung Semeru terjadi, warga sekitar sudah melihat keanehan tersebut. Meskipun warga belum sepenuhnya menyadari bahwa Gunung Semeru akan erupsi.

Sontak warga sekitar menjadi panik setelah melihat semburan abu vulkanik dari mulut Gunung Semeru.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, meletus," teriak warga berlari dalam video yang hingga kini ramai tersebar di berbagai media sosial.

Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi, Bupati Lumajang Thoriqul Haq: Kali Ini Lebih Besar dari 2020

Dalam ramalan Jayabaya, disebutkan mitos bahwa dengan meletusnya Gunung Semeru maka pulau Jawa akan terbelah menjadi dua.

Maharaja Jayabaya sendiri dalam beberapa literasi disebutkan bahwa ia adalah raja dari Kerajaan Kediri yang memerintah sekitar akab ke-12. Jayabaya dikenal sebagai raja yang visioner dan unggul.

Banyak masyarakat yang meyakini akan ramalan Jayabaya tersebut dan dikaitkan dengan erupsi Gunung Semeru tempo hari.

Masyarakat meyakini ramalan tersebut karena banyak ramalan Jayabaya yang sudah terbukti kebenarannya.

Salah satu ramalannya yang terjadi adalah masa menjelang perang kemerdekaan saat Jawa dijajah Jepang.

Ramalan Jayabaya yang terbukti adalah: seumur jagung (3,5 bulan) yang dimaknai dijajah 3,5 tahun.

Akan tetapi, dalam ramalan Jayabaya tersebut kuncinya adalah meletusnya Gunung Slamet. Dalam ramalan Jayabaya disebutkan konon jika Gunung Slamet meletus, maka Pulau Jawa akan terbelah dua.

Jika menilik pada sejarahnya, erupsi Gunung Semeru pernah terjadi beberapa kali.

Gunung Semeru tercatat pertama kali mengalami erupsi pada tanggal 8 November 1818. Tak banyak informasi yang terdokumentasikan mengenai letusan kala itu hingga 1913. Sejak itu, Gunung Semeru mengalami berkali-kali erupsi sejak 1941 hingga 1977.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007, 2008, dan terakhir 2020.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggreng Seloko yang berada di sisi tenggara Mahameru. Karakter letusannya adalah vulkanian dan strombolian yang terjadi setiap tiga hingga empat kali setiap jamnya.

Saat ini Gunung Semeru berada di status level dua atau waspada. Masyarakat tidak direkomendasikan untuk beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru.

Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai guguran awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah.***

Editor: Destri Ananda Prihatini

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler