Ada Bansos BBM Rp600 Ribu, Faisal Basri: Tidak Menunjukkan Keberpihakan

- 31 Agustus 2022, 11:21 WIB
Ekonom senior Faisal Basri
Ekonom senior Faisal Basri /ANTARA/Wahyu Putro

Media Magelang - Program bansos BBM sebesar Rp600 ribu akan diberikan pemerintah kepada masyarakat, yang ditanggapi oleh Ekonom Senior INDEF Faisal Basri.

Menteri Keungan Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah akan menggelontorkan bantuan sosial (bansos) dan BLT dari pengalihan subsidi BBM sebesar Rp600 ribu kepada 20,65 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Rencananya Bansos tersebut akan diberikan sebanyak empat kali dengan besaran masing-masing Rp150 ribu per KPM.

Faisal Basri menilai pemerintah harus memberikan BLT kepada masyarakat meskipun harga bahan bakar minyak tidak naik. Ia mengatakan saat ini kondisi masyarakat sangat berat.

Baca Juga: Jadwal Terbaru BRI Liga 1 2022-23 Pekan ke-8: Pertandingan Persebaya vs Bali United Mulai 2 September 2022

"Kalau saya melihat kondisi masyarakat makin berat. Jadi ada atau tidak adanya kenaikan (harga BBM), mereka harus dibantu," kata Faisal Basri kepada wartawan di Jakarta Pusat, Senin 29 Agustus 2022 yang dikutip dari Antaranews.

Bansos BBM dinilai tidak menunjukkan keberpihakan Pemerintah kepada masyarakat malah semakin membuat masyarakat menjerit, masyarakat merasa semakin sulit memenuhi kebutuhan khususnya sembilan bahan pokok.

"Masih tidak menunjukkan prioritas memihak rakyat dibandingkan dengan dilihat dari komposisi peningkatannya. Yang meningkat paling besar adalah pembayaran bunga pinjaman," jelasnya.

Selanjutnya Faisal Basri menyarankan penetapan harga BBM seharusnya berdasarkan formula yang mengacu kepada harga minyak bumi di pasar global yang dulu pernah diterapkan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: Download Video YouTube Jadi Format MP3 MP4 Secara Gratis, Cukup Pakai Y2mate Saja Tanpa Aplikasi

"Demi kebaikan perekonomian nasional dan kesejahteraan bangsa, secara bertahap subsidi BBM harus dihilangkan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Faisal menuturkan kebijakan mengurangi subsidi BBM secara bertahap dan mengalokasikan anggaran ke sektor yang lebih produktif adalah jalan terbaik, karena hal itu dapat menjaga stabilitas fiskal APBN.

Selain itu, Anggota DPR Fadli Zon turut merespons sinyal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang kian menguat. Menurutnya, agak janggal bila pemerintah menaikkan harga BBM saat harga minyak dunia sedang turun.

“Ketika harga minyak dunia turun, pemerintah mau naikkan BBM. Absurd. Hebatnya di mana?” ujar Fadli Zon via cuitan Twitter-nya, dikutip Rabu 31 Agustus 2022.

Diketahui, kabar kenaikan harga BBM subsidi Solar dan Pertalite sebelumnya disampaikan oleh Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan. Bahkan ia menyebut Presiden Joko Widodo bakal mengumumkan hal itu dalam waktu dekat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan BBM Pertamax sampai saat ini masih disubsidi. Harga di SPBU dijual Rp12.500—Rp13.000 per liter. Dengan kurs dan harga minyak yang naik, mestinya harga Pertamax Rp17.300 per liter.

"Pertamax yang sekarang harganya di Rp 12.800/liter dengan harga berdasarkan ICP US$ 105 dan kurs Rp 14.700 harusnya di Rp 17.300/liter," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantor Kementerian Keuangan, Jumat 26 Agustus 2022.

Selain itu anggota DPR Andi Akmal berpendapat bahwa sebaiknya BBM tidak perlu di naikkan karena fakta di lapangan tidak demikian karena banyak yang merasa kesulitan.

“Harga BBM yang sangat tinggi akan berdampak luas pada masyarakat terutama pada pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Tingginya harga pangan, turunnya daya beli, Operasional logistik yang membengkak, termasuk arus pergerakan manusia maupun barang pada transportasi," kata Akmal.

"Atas aspirasi mayoritas masyarakat Indonesia, kami menolak naiknya BBM bersubsidi, minimal ditunda hingga membaiknya kondisi perekonomian masyarakat Indonesia,” pungkasnya.***

Editor: Destri Ananda Prihatini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah