JEPARA - Banyaknya industri garmen di Kabupaten Jepara, Jawa tengah menjadikan tantangan berat bagi pelaku usaha mebel rumahan.
Banyaknya pabrik garmen ini membuat pemuda di Jepara memilih bekerja di pabrik daripada menekuni mebel.
Seperti yang dialami Dafid Efendy (29) Pelaku usaha mebel rumahan asal Senenan, Kecamatan Tahunan Jepara, yang mengaku kesulitan untuk mencari tenaga kerja mebel, khususnya pengrajin ukir karena SDM dari kalangan pemuda yang rata-rata memilih bekerja di pabrik.
"Yang ngukir rata-rata dari orang tua usia 40 tahun keatas, kalo yang muda sulit, soalnya pada larinya ke pabrik biar cepat dapat uang dan gak kerja berat," ungkapnya hari ini Selasa (07/11/2023).
Baca Juga: Prediksi Liga 1 Persib Bandung vs Arema FC Besok Rabu 8 November 2023
David sampai membandingkan jika yang mahal bukan bahan baku kayu akan tetapi ilmu seni mengukir yang mahal. Karena proses desain gambar dan mengukir tidak semudah yang dibayangkan, Butuh pengetahuan yang luas dan kesabaran ekstra.
"Kalo bahan kayu sih gak mahal, yang mahal itu ilmunya, maksudnya ilmu dari orang tua ke anak muda itu kayak terputus," jelasnya.
Tidak hanya sampai disitu saja, David juga mengungkapkan, rata-rata barang yang dikeluarkan dari pabrik dijual dengan harga dibawah pelaku usaha mebel yang berimbas konsumen lebih memilih beli ke pabrik. Ia berharap agar pemerintah dapat mengambil tindakan.
"Soalnya pabrik menjual barang mebel banting harga otomatis yang mematok harga standar ya gak laku. Makanya pemerintah seharusnya membantu dalam menertibkan harga pasaran bagi mebel," katanya.