Raih Medali Emas Badminton Olimpiade Tokyo 2020, Ini yang Terjadi Jika Greysia Polii Tak Bertemu Apriyani

3 Agustus 2021, 09:59 WIB
Biodata dan profil lengkap Greysia Polii yang meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2021 di nomer ganda putri /Instagram/@greyspolii

Media Magelang - Pasangan ganda puteri badminton Indnesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu akhirnya meraih emas Olimpiade Tokyo 2020 dengan menumbangkan ganda puteri China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan 21-19 21-15 2 Agustus 2021.

Pencapaian Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Olimpuade Tokyo 2020 terasa manis karena belum pernah ada ganda puteri badminton yang mencapai final Olimpiade, apalagi sampai meraih emas.

Terlebih lagi Greysia Polii yang juga atlet senior nyaris saja memutuskan pensiun jika sang pelatih Eng Hian tidak mencegahnya dan mempertemukannya dengan Apriyani Rahayu.

Greysia Polii sempat merasa ada di titik terendah saat dirinya yang saat itu masih berpasangan dengan Meiliana Jauhari didiskualifikasi di Olimpiade London 2012 karena dianggap mengalah demi menghindari lawan berat di fase gugur.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Kevin Cordon, Atlet Badminton Guatemala Yang Mencapai Empat Besar Olimpiade Tokyo 2020

Kejadian itu menghebohkan publik dan suara sumbang pun bermunculan dan Greysia Polii sempat merasa terpuruk.

Perempuan ramah asal Manado akhirnya mulai bangkit dengan meraih emas Asian Games Incheon 2014 saat berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari.

Di Olimpiade Rio 2016, Greysia Polii/Nitya terhenti di delapan besar.

Greysia Poli sudah di titik hendak pensiun setelah Nitya Krishinda mengalami cedera parah sampai pelatih Eng Hian mempertemukan dengan pemain bernama Apriyani Rahayu yang saat itu berusia 19 tahun pada 2017.

Baca Juga: Anthony Sinisuka Ginting Rebut Medali Perunggu di Olimpiade Tokyo 2020, Akhiri Puasa Gelar Sejak 2004

"Dia (Apriyani Rahayu) tiba-tiba datang di tahun 2017 (dekat Piala Sudirman) entah dari mana, saat saya mau pensiun setelah Rio 2016. Pada 2017, saya berada di tim nasional dan akan berhenti ketika pasangan saya (Nitya) cedera dan menjalani operasi, tetapi pelatih saya mengatakan tunggu sebentar dan bantu pemain muda untuk bangkit," ujar Greysia sebagaimana dikutip dari laman BWF.

Begitu berpasangan dengan Apriyani, keduanya mulai menjuarai berbagai turnamen seperti Thailand Open dan Korea Open.

Perpanduan pemain senior dan junior ini menunjukkan kerjasama yang apik dengan kematangan Greysia Polii dan karakter Apriyani yang penuh semangat.

Greysia Polii sempat mengalami cobaan berat saat sang kakak laki-laki Rickettsia berpulang pada 23 Desember 2020, sehari setelah sang atlet melangsungkan pernikahan.

Greysia berangaapan sang abang adalah pengganti ayahnya yang sudah meninggal sejak dirinya masih anak-anak.

Setelah melalui jatuh bangun dan perjuangan yang tak mudah, semua terbayar saat Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih emas di Olimpiade Tokyo 2020.

Dengan pencapaian ini, lengkap sudah medali emas Indonesia di cabang badminton selama cabang ini dilombakan secara resmi pada Olimpiade Barcelona 1992.

Dari tunggal puteri dari Susi Susanti (1992), tunggal putera (Alan Budikusuma pada tahun 1992 dan Taufik Hidayat pada Olimpiade Athena 2004), ganda putera (Ricky Subagja/Rexy Mainaky di Olimpiade Atlanta 1996 dan Chandra Wijaya/Tony Gunawan empat tahun berselang din Sydney) dan ganda campuran di Olimpiade Rio 2016 lewat Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad.

Greysia Polii juga menjadi atlet tertua yang meraih medali di cabang badminton Olimpiade dengan usia 33 tahun 356 hari.

Sebelumnya rekor itu dipegang eks tunggal puteri China Zhang Ning yang meraih medali emas saat Olimpiade Beijing 2008 dalam usia 33 tahun 89 hari.

Demikian kisah inspiratif Greysia Polii yang pernah didiskualifikasi dan nyaris pensiun sampai akhirnya dipertemukan dengan Apriyani Rahayu dan perjuangannya berbuah manis dengan emas Olimpiade Tokyo 2020.***

Editor: Destri Ananda Prihatini

Sumber: BWF Badminton

Tags

Terkini

Terpopuler