Pengamat Transportasi Kritik Harga Tiket Murah Pasca Insiden Sriwijaya Air SJ 182

- 11 Januari 2021, 15:25 WIB
Pesawat Sriwijaya Air (foto-dok-SriwijayaAir)
Pesawat Sriwijaya Air (foto-dok-SriwijayaAir) /

Media Magelang - Pengamat Transportasi Tjoek Suwarsono, meminta kepada Pemerintah untuk segera mengevaluasi kebijakan harga tiket pesawat murah setelah insiden Sriwijaya Air SJ 182.

Tjoek Suwarsono menduga salah satu penyebab insiden Sriwijaya Air SJ 182 adalah kebijakan tiket pesawat murah.

Pasalnya, hal tersebut diyakini Tjoek Suwarsono membuat pihak maskapai seperti Sriwijaya Air mengurangi biaya operasional yang berpengaruh pada keamanan.

Baca Juga: Sudah Punya Firasat, YouTuber Faisal Rahman Diduga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Sampaikan Ini

"Saya kira dibalik masalah ini adalah bagaimana kita evaluasi kembali kebijakan tiket pesawat murah bagi maskapai penerbangan LCC," kata Tjoek dikutip dari RRI, Minggu 10 Januari 2021.

Dilansir Media Magelang dari Suara Halmahera dalam artikel "Benarkah Sriwijaya Air SJ182 Korban Dari Kebijakan Tiket Pesawat Murah?" tiket murah membuat pelayanan tidak maksimal.

Menurutnya, bahwa harga tiket pesawat yang murah telah membuat banyak orang khawatir, terutama pada pengurangan fasilitas penerbangan dalam pesawat.

"Karena tiketnya murah maka tidak ada lagi makanan, minuman, ruang tunggu yang baik dan penghantaran bus, tidak pakai Garbarata juga tidak, jadi penumpang jalan kaki semua ongkos-ongkos itu dipangkas," ucapnya.

Baca Juga: Alhamdulillah, Keluarga Kolonel Achmad Baehaqi Menjadi Penumpang Selamat dari Tragedi Sriwijaya Air

Tjoek mengatakan, bahwa dengan adanya kebijakan tiket murah tentunya akan memangkas faktor-faktor keamanan contohnya yang paling muda adalah pemeriksaan pesawat.

"Mungkin ada yang dikurangi, bisa jadi konsumen tidak tahu yang seperti ini. Jadi yang tau adalah maskapai penerbangan itu sendiri dan seharusnya Kementerian Perhubungan harus mengawasi, saya kira sudah diawasi tapi masi ada hal-hal yang lolos dari pengawasan," kata Tjoek.

Selanjutnya, dia juga mengkritik masalah pengisian bahan bakar pesawat. Pasalnya, banyak maskapai hanya sekali mengisi bahan bakar untuk sampai di bandara yang dituju saja, sehingga berpotensi mengalami masalah bila terjadi keadaan luar biasa.

Baca Juga: Turbin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Hancur dan Hangus, Pencarian Black Box Dilanjutkan

"Jadi tidak ada persediaan cadangan untuk menunggu di udara atau pergi ke Bandara lain jika tidak memungkinkan mendarat ke Bandara tujuan. Jadi bahan bakar jadi biaya sangat mahal komponen buat pesawat terbang," kata Tjoek.

Ia pun melayangkan kritikan kepada LCC, dengan aturan yang dibuatnya sehingga maskapai tidak di wajibkan untuk memilih pesawat sendiri, melainkan menyewa pesawat.

"Jadi LCC ini membuat maskapai menghemat segalanya, jadi pesawat tidak beli yang baru, tetapi menyewa pesawat sudah lama dan sudah tua lagi," tandasnya.

Dilansir dari berbagai sumber, pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu sudah berusia 26 tahun. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh karena pihak maskapai melakukan perawatan dengan baik.***

 

Editor: Permadi Suntama

Sumber: Suara Halmahera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x