Gunung Semeru dan Sejarah Panjang Erupsinya: Pertama Kali Erupsi Tercatat sejak 1818

- 6 Desember 2021, 15:13 WIB
Puncak Mahameru Gunung Semeru.
Puncak Mahameru Gunung Semeru. /PIXABAY/mailanmaik/

Media Magelang – Gunung Semeru yang berada di Provinsi Jawa Timur erupsi pada Sabtu, 4 Desember 2021.

Erupsi Gunung Semeru kali ini terjadi pada pukul 14.50 WIB dengan guguran awan panas serta material vulkanik lainnya yang mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Tinggi semburan awan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Semeru ini sekitar 40 ribu kaki atau 12 ribu meter ke udara.

Baca Juga: Pantau Langsung Penanganan Darurat Erupsi Gunung Semeru, Kepala BNPB Bertolak ke Lumajang

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono, tinggi letusan Gunung Semeru pada 4 Desember tersebut bahkan dilaporkan mencapai 45 km.

Meski demikian, ketinggian dari letusan Gunung Semeru tersebut masih diselidiki.

Tiga erupsi susulan dengan skala kecil terjadi dalam kurun waktu 24 jam setelah erupsi pertama.

Erupsi Gunung Semeru ini telah menyebabkan hilangnya nyawa 14 orang yang tersebar di beberapa kecamatan yang berdekatan dengan lereng Gunung Semeru serta 56 orang luka berat dan ringan per 5 Desember 2021.

Gunung Semeru memiliki sejarah panjang erupsi yang terekam dan tercatat sejak tahun 1818.

Erupsi Gunung Semeru pada tahun 1818 dan 1913 tidak terdokumentasikan dengan baik.

Baca Juga: Gunung Semeru Meletus, BNPB Jelaskan Kronologi Peningkatan Aktivitas Vulkanik

Aktivitas vulkanik yang cukup baik terdokumentasikan dimulai pada tahun 1941-1942.

Saat itu, terekam aktivitas vulkanik Gunung Semeru dengan durasi panjang.

Menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), terjadi leleran lava pada 21 September 1941 hingga Februari 1942.

Leleran lava dari erupsi Gunung Semeru kala itu mengarah ke lereng di sebelah timur kawah dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter.

Pos pengairan Bantengan pun sampai tertimbun oleh material vulkanik dari erupsi Gunung Semeru kala itu.

Setelah tahun 1942, terjadi rentetan aktivitas vulkanik di Gunung Semeru, yaitu pada tahun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955, 1956, 1957, 1958, 1959, dan 1960.

Hal ini menjadikan Gunung Semeru sebagai salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia.

Pada 1 Desember 1977, awan panas guguran hasil dari guguran lava terjadi di Besuk Kembar.

Saat itu, sekitar 6,4 juta meter kubik endapan material vulkanik teramati.

Wilayah Besuk Kobokan menjadi arah dari awan panas pada saat itu.

Erupsi pada tahun 1977 tersebut merusak sawah, jembatan, dan permukiman warga setempat.

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru pun terus berlanjut dari tahun 1978 hingga 1989.

Selain rentetan aktivitas vulkanik yang telah disebutkan sebelumnya, PVMBG juga mencatat rentetan aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada tahun 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008.

Erupsi Gunung Semeru terjadi beberapa kali pada tahun 2008, yaitu pada periode 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

Wilayah Besuk Kobokan lagi-lagi menjadi arah dari empat kali guguran awan panas pada 22 Mei 2008.

Awan panas tersebut teramati memiliki jarak luncur sekitar 2,5 km.

Menurut data PVMBG, kawah Jonggring Saloko menjadi pusat aktivitas vulkanik Gunung Semeru.

Kawah Jonggring Saloko berada di sisi tenggara puncak Semeru.

Saat ini, Gunung Semeru berstatus Waspada atau Level II.

Dengan demikian, pengunjung baik masyarakat atau wisatawan disarankan untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru.

Masyarakat juga disarankan menghindari jarak 5 km dari arah bukaan kawah di tenggara dan selatan gunung.

Daerah terdampak material awan panas juga disarankan untuk dijauhi karena kemungkinan suhunya masih tinggi.

Ancaman banjir lahar dingin di alur sungai atau lembah Gunung Semeru juga masih tinggi lantaran material vulkanik sudah banyak terbentuk ditambah musim hujan yang tengah melanda Indonesia.

BNPB juga tidak lupa mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan semua rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG.***

Editor: Sonia Okky Astiti

Sumber: BNPB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah