Menarik untuk Diketahui! Ini Fakta Unik dan Makna Pawai Ogoh-Ogoh sebelum Hari Raya Nyepi 

- 11 Maret 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi pelaksanaan tradisi sebelum perayaan Hari Raya Nyepi.
Ilustrasi pelaksanaan tradisi sebelum perayaan Hari Raya Nyepi. /Pexels/Danang DKW/
 
Media Magelang - Hari Raya Nyepi 2024 akan jatuh pada 11 Maret.
 
Sehari sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali biasanya merayakan pawai Ogoh-ogoh.
 
Dari pawai Ogoh-ogoh tersebut, ada sejumlah fakta unik dan makna mendalam yang sangat menarik untuk diketahui, sebagai tambahan pengetahuan budaya Indonesia.
 
Melansir dari laman resmi Nyepi, Ogoh-Ogoh umumnya terbuat dari semacam kertas yang diletakkan di atas kerangka bambu, yang berfungsi sebagai alas. 
 
 
Anak-anak muda dari "banjar" (komunitas lokal) membuat patung-patung besar ini dalam bentuk setan, roh jahat, dan tokoh-tokoh fantastis lainnya dari mitologi Hindu. 
 
Beberapa patung mengacu pada isu-isu terkini, dan mungkin menyerupai orang-orang yang dikenal karena kekejaman, keserakahan, atau ketidakadilan mereka.
 
Sebagai simbol dari semua hal buruk yang mungkin terjadi dalam hidup, Ogoh-ogoh dibakar setelahnya untuk memberi ruang bagi energi baik yang dapat membawa kedamaian, serta kemakmuran bagi umat manusia di tahun mendatang.
 
Patung Ogoh-ogoh adalah bagian yang sangat penting dari perayaan Hari Raya Nyepi, yang menandai dimulainya tahun baru Saka dalam kalender Bali. 
 
Pada malam sebelum Nyepi, masyarakat membuat, dan mengarak patung Ogoh-ogoh yang besar serta berwarna-warni di jalanan. 
 
Ogoh-ogoh ini melambangkan setan, dan elemen negatif yang dipercaya dapat mengancam keseimbangan alam semesta. 
 
Mengarak dan membakar patung-patung tersebut dipercaya melambangkan pengusiran kekuatan negatif, dan memurnikan aura masyarakat dalam persiapan menyambut tahun baru Saka.
 
Oleh karena itu, pawai ogoh ogoh juga melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan, dan kemenangan nilai-nilai spiritual atas materialisme. 
 
Pawai dan pembakaran ogoh-ogoh merupakan pengingat bagi masyarakat Bali untuk selalu mengupayakan keseimbangan spiritual dan menghindari perilaku negatif.
 
Bagaimana Pelaksanaan Pawai Ogoh-Ogoh?
 
Upacara Bhuta Yajna diadakan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi, dan merupakan upacara kedua dalam perayaan Nyepi. 
 
Para pria di Bali menggunakan bilah-bilah bambu untuk menopang Ogoh-ogoh, yang tingginya bisa mencapai 30 kaki saat mereka berjalan di jalanan, dengan diiringi musik gamelan. 
 
Komunitas pemuda Bali membuat patung-patung tersebut hingga berbulan-bulan sebelum pawai berlangsung. 
 
Membuat Ogoh-ogoh dan mengaraknya adalah bagian penting dari masyarakat Bali, untuk menjaga tradisi dan ritual mereka tetap hidup.
 
Masyarakat Bali membawa obor untuk menetralisir rumah mereka dan area di sekitarnya, kemudian membuat keramaian kecil dengan mengeluarkan suara-suara keras dari gamelan sebagai persiapan pawai. 
 
Di setiap persimpangan dan perempatan jalan desa, Ogoh-ogoh diputar berlawanan arah jarum jam sebanyak tiga kali selama pawai berlangsung. 
 
Dengan cara ini, roh-roh jahat akan lengah, dan tidak lagi ingin mengganggu manusia.
 
Masyarakat Bali berhenti di kuburan untuk membakar patung-patung tersebut di akhir pawai, sehingga perayaan membawa obor ini berlangsung hingga larut malam pada malam Hari Raya Nyepi.
 
Demikian informasi yang menarik untuk diketahui seputar fakta unik dan makna pawai Ogoh-ogoh, yang dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x