Menurut Ganjar, Ruwatan Bumi menjadi momentum mengenalkan tradisi dan budaya masyarakat Indonesia. Khususnya terkait menjaga alam dan lingkungan, serta beragamnya kekayaan budaya Indonesia.
"Betul-betul negara lain melihat bahwa kita kaya sekali soal ini. Tadi Menteri Urusan Parlemen dan Kebudayaan India bicara terus dan menghafalkan Ruwatan Bumi, Ruwatan Bumi. India tahu bahwa bumi itu artinya land, country, earth begitu. Mereka sangat paham soal itu. Lalu dari Jerman juga bercerita amazing tentang keragaman budaya kita," jelas Ganjar.
Lebih lanjut, Ruwatan Bumi yang membawa spirit kearifan lokal masyarakat Indonesia itu merupakan pemantik bagi negara-negara G20 untuk kembali melihat kondisi bumi, lingkungan, dan kesenian yang ada dalam suatu negara.
"Mudah-mudahan ini juga menjadi momentum perhatian semua negara untuk melihat kondisi buminya, lingkungannya, kesenian tradisionalnya sebagai bentuk respek atau penghormatan antarbudaya bangsa," ungkapnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat dan negara-negara G20 untuk kembali memperhatikan pemulihan bumi. Sebab hidup manusia tidak bisa lepas dari alam dan lingkungan.
Menurutnya, acara Ruwatan Bumi menjadi saat yang tepat merenungkan proses pemulihan dari dampak pandemi global dengan meningkatkan kesadaran kita akan kelestarian alam, manusia, dan semua makhluk hidup.***