Waspadai Gejala Virus Nipah, Virus Berbahaya yang Menular Melalui Kelelawar Buah

29 Januari 2021, 11:00 WIB
Kelelawar buah dicurigai sebagai perantara penyebaran virus Nipah /

Media Magelang - Virus Nipah merupakan salah satu virus berbahaya dan dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita.

Virus Nipah pertama kali diketahui menyerang sejumlah ternak babi yang ada di Malaysia pada tahun 1999.

Peristiwa ini membuat banyak peternak babi mengalami kerugian ekonomi yang cukup tinggi.

Baca Juga: Lokasi Syuting Sinetron Ikatan Cinta Akhirnya Didatangi Polisi dan Satpol PP: Ayo Semua Bubar!

Kemenkes RI juga telah mengeluarkan himbauan agar tetap berhati-hati dengan virus Nipah karena bisa saja sewaktu-waktu menyerang Indonesia.

Gejala virus Nipah yang perlu diwaspadai seperti mengalami demam, sakit kepala nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan.

Beberapa gejala tersebut biasanya juga akan disertai dengan rasa kantuk, hilang kesadaran, pusing hingga indikasi radang otak akut.

Baca Juga: Wajib Tahu 10 Kategori Orang yang Tidak Dianjurkan Mendapat Vaksin Covid-19

Penderita virus Nipah yang terkena radang otak akut masih bisa sembuh, akan tetapi sekitar 20 persennya terjadi gangguan neurologis residual.

Perubahan gangguan neurologis tersebut bisa juga disertai dengan kejang atau perubahan kepribadian

Sementara untuk masa inkubasi virus Nipah membutuhkan waktu 4-14 hari.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 29 Januari 2021: Tidak Bisa Maafkan Kesalahan Aldebaran, Andin Minta Cerai?

Masa inkubasi merupakan momentum dimana dimulainya infeksi virus sampai terjadi gejala.

Terdapat beberapa kasus yang memiliki masa inkubasi mencapai 45 hari dan bisa berlanjut bahkan hingga koma.

Hingga saat ini masih belum ditemukan obat khusus yang dapat digunakan untuk mengobati pasien yang terkena virus Nipah.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta Episode 141 Malam Ini 29 Januari 2021, Andin Akan Gugat Cerai Aldebaran?

Para penderita biasanya akan disarankan untuk dirawat secara intensif di sebuah ruang khusus dengan pengobatan komplikasi pernapasan dan neurologis.***

Editor: Puspasari Setyaningrum

Terkini

Terpopuler