Apakah Boleh Membatalkan Puasa karena Pekerjaan Berat di Bulan Ramadhan? Ini Penjelasannya

5 April 2021, 07:59 WIB
Ilustrasi ibadah di Bulan Suci Ramadhan. /Pixabay/mucahityildiz /

Media Magelang - Masa pandemi Covid-19 tidak meruntuhkan niat umat Islam untuk menjalankan puasa Ramadhan.

Ramadhan tahun 2021 ini umat Islam kembali melaksanakan ibadah puasa dengan penuh hati-hati karena penularan Covid-19 yang masih marak di luar sana.

Masih ada sebagian umat Islam yang dianjurkan untuk bekerja di rumah mengurangi adanya kerumunan dan penularan Covid-19 di kantor. Termasuk pada bulan Ramadhan mendatang.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1442 H di Seluruh Indonesia, Puasa Akan Mulai Senin 12 April 2021

Baca Juga: Puasa Jadi Ladang Pahala, Kemenag: Ramadhan Momentum Tepat Kampanyekan Wakaf Uang

Baca Juga: Ini 4 Peristiwa Besar yang terjadi di Bulan Ramadhan. Salah Satunya Wafatnya Istri Rasulullah

Banyak yang bertanya, bagaimana hukum membatalkan puasa karena beratnya pekerjaan di bulan Ramadhan ini? 

Simak artikel ini untuk mengetahui hukum berbuka puasa saat Ramadhan karena beban pekerjaan yang terlalu berat.

Dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, www.muhammadiyah.or.id, pada dasarnya agama Islam yang disyariatkan Allah SWT adalah yang sesuai dengan kemampuan manusia.

Baca Juga: 10 Keutamaan Bulan Ramadhan, Nomor 4 dan 7 Sering Diabaikan!

Baca Juga: Hukum Mencium Istri Ketika Berpuasa di Bulan Suci Ramadhan Menurut Hadits dari Rasulullah SAW, Boleh?

Baca Juga: Berikut 4 Lafal Niat Puasa Ramadhan 2021 Beserta Cara Baca dan Artinya

Begitu juga dengan pelaksanaan kewajiban agama Islam sudah diukur dengan kemampuan manusia. Termasuk ibadah puasa Ramadhan.

Apabila kewajiban tersebut dirasa melebihi batas kemampuannya, boleh diterapkan rukhsah atau keringanan.

Lalu, apabila pekerjaan yang dilakukan pada bulan Ramadhan itu berat, apakah boleh mendapatkan keringanan?

Idealnya, selama bulan Ramadhan umat Islam dianjurkan untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Kemampuan yang dimaksudkan adalah kondisi fisik di hari pada saat berpuasa.

Muhammadiyah menyarankan jika tidak mampu berpuasa, tidak semestinya dipaksa. Selama ketidakmampuan tersebut tidak dibuat-buat.

Apabila dipaksa, maka sama saja umat tersebut mencelakakan dirinya sendiri, dan hal tersebut dilarang oleh Allah SWT.

Banyak ulama yang berpendapat bahwa para pekerja berat, seperti pekerja tambang, tukang becak, dan sopir, masuk ke dalam golongan yang tidak mampu berpuasa.

Sehingga orang-orang dengan pekerjaan tersebut dapat membatalkan puasanya apabila sudah tidak kuat, bahkan diperbolehkan untuk tidak berpuasa sejak pagi.

Ada beberapa orang yang dianggap tidak sanggup melakukan ibadah puasa, diantaranya adalah orang tua yang sakit-sakitan, perempuan hamil, dan perempuan sedang menyusui.

Islam memberikan keringanan pada orang-orang golongan tersebut untuk mengganti puasanya dengan cara memberikan makan kepada fakir miskin setiap hari puasa yang ditinggalkannya sebesar 0,5 kg.

Keringanan puasa tersebut disyariatkan dalam surah Al-Baqarah ayat 184, yang berbunyi

Wa’alaladzina yutiquunahu fidyatun tha’aamu miskiin

Artinya: “…dan bagi mereka yang tidak sanggup berpuasa, kecuali dengan mengalami kesukaran yang sangat, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin…”

Para pekerja dengan pekerjaan berat boleh tidak mengganti puasanya di lain hari, dengan membayar fidyah tersebut.

Tetapi, lebih baik untuk mengganti puasa di lain hari apabila ada kesempatan.

Ada baiknya jika di bulan Ramadhan ini tetap dijalankan. Namun untuk orang dengan pekerjaan tertentu diperbolehkan untuk tidak menjalankan puasa dan mengganti puasanya di lain hari.***

Editor: Eko Prabowo

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler