Kesempatan kerja itu membuat Abdurrahman Musfi tak henti mengucap syukur karena ternyata dirinya mampu menjadi bagian dari Masjidil Haram yang suci.
Saat ini, selain bekerja sebagai pembagi makanan berbuka puasa, pihak pengelola Masjidil Haram mempercayakan pula profesi sebagai fotografer pada Abdurrahman Musfi.
Namun ketika ditanya masalah gaji atau penghasilan, Abdurrahman Musfi kelihatan enggan membicarakannya, karena menurutnya setiap tugas atau pekerjaan yang ia lakukan memiliki penghasilan yang berbeda-beda.
Untuk profesi tambahannya sebagai fotografer, Abdurrahman Musfi mengatakan ia mendapat 1000 riyal atau setara dengan Rp4 juta.
Ia menambahkan, 1000 riyal itu belum termasuk gaji pokok yang ia terima sebagaimana biasanya.
Tapi Abdurrahman juga mengungkapkan kesedihannya yang belum bisa pulang ke kampung halaman untuk menjenguk keluarganya di Madura, Indonesia.
Keterbatasan kesempatan untuk pulang itu dikarenakan jadwal bekerja Abdurrahman Musfi yang begitu padat.
Namun hal tersebut tak menghalanginya untuk terus berdoa memohon pada Allah agar diberi kesempatan untuk pulang sehingga bisa berkumpul bersama keluarganya.
Demikianlah kisah pemuda Madura yang 10 tahun bekerja sebagai pembagi makanan buka puasa dan fotografer di Masjidil Haram sampai ia bisa berpenghasilan fantastis.***