Tragedi Paiton Sebuah Karya Wisata Berujung Tragis, Begini Penyebab Utamanya

- 17 Juni 2022, 21:05 WIB
Tragedi Paiton Sebuah Karya Wisata Berujung Tragis, Begini Penyebab Utamanya
Tragedi Paiton Sebuah Karya Wisata Berujung Tragis, Begini Penyebab Utamanya /Instagram/@tracytaniastories
 
Media Magelang - Berniat ingin berlibur di Bali, puluhan siswa meninggal akibat tragedi Paiton di tahun 2003.
 
Sempat populer, tragedi Paiton di tahun 2003, jadi salah satu kisah kelam saat liburan sepanjang sejarah.
 
Kejadian viral tragedi Paiton ini terjadi ketika tahun 2003.
 
Tragedi Paiton kembali muncul di trending pencarian Google.
 
 
Salah satu konten kreator tiktok @sasadebora membahasnya dan menjadi viral seketika.
 
Sekolah Yatemda 1 Sleman di Yogyakarta, memutuskan untuk melaksanakan sebuah karya wisata di Bali.
 
Kisah tragedi Paiton di tahun 2003 ini menimpa kepada siswa-siswi Kelas 2 SMA.
 
Mereka hendak menuju Bali yang menggunakan Bus Pariwisata.
 
 
Para siswa ketika mengetahui bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah Bali, mereka antusias.
 
Setelah kegiatan itu disosialisasikan ke orang tua murid, akhirnya siswa-siswi yang ikut mendaftar ke Bali dan dibagi menjadi 3 grup.
 
Perjalanan ini dibagi menjadi 3 bus yang satu busnya diisi dengan 50 siswa, didampingi 3 orang guru, serta 1 orang pemandu wisata.
 
Bus ini dilengkapi fasilitas yang sangat baik dengan dilengkapi AC, dvd player, dan juga toilet.
 
Tapi sayang bus pariwisata itu belum dilengkapi dengan standar keamanan misalnya alat pemecah kaca untuk emergency, dan alat pemadam kebakaran.
 
Pada saat itu pihak sekolah menyewa bus dengan merk Mercedes Benz keluaran tahun 1998.
 
Rombongan karya wisata ini berangkat dari Yogyakarta, ke Pelabuhan Ketapang Gilimanu.
 
Rombongan ini berjalan beriringan sesuai nomor bus.
 
Tapi sayangnya, perjalanan awal mereka kurang mulus karena bus yang paling belakang atau nomor 3 sering mendapat masalah.
 
Hal ini seperti pertanda bahwa ada yang akan terjadi.
 
Kendala pertama adalah, bus mendapati kaca retak dan membuat bus nomor 3 itu harus berhenti dulu.
 
Setelah diperbaiki, mereka melanjutkan perjalanan. 
 
Tapi belum sampai di Pelabuhan Ketapang bus nomor 3 ini mendapat masalah lagi, seperti bagian atapnya yang tersangkut di kabel listrik.
 
Meski begitu, bus nomor 3 tetap berhasil sampai di Pelabuhan Ketapang dan tiba di Pulau Bali.
 
Sampai di Bali, rombongan ini menuju tempat wisata.
 
Sampai pada tanggal 28 Oktober 2003, rombongan ini harus kembali pulang ke Yogyakarta.
 
Melewati jalur yang sama seperti jalur keberangkatan, namun, lagi-lagi kaca mobil bus nomor 3 itu pecah lagi.
 
Setelah selesai diperbaiki mereka tiba di pelabuhan dan sampai ke Pulau Jawa dengan selamat.
 
Di sini, posisi iring-iringan rombongan wisata ini berubah, yakni bus 1,3,dan 2.
 
Diketahui bus nomor 2 ini, ditaruh paling belakang karena sopirnya yang paling berpengalaman yaitu Armando dan keneknya bernama Budi.
 
Dalam perjalanan sampailah mereka ke jalur Situbondo dan posisi sopir bus nomor 2 sudah digantikan oleh pak Budi.
 
Hingga sampailah mereka di jalur tanjakan Paiton Situbondo, pada malam hari.
 
Di malam itu, si sopir berkendara agak cepat, bahkan mereka sempat menyalip salah satu mobil pengangkut es krim karena jalannya pelan.
 
Hingga antara bus 1 dan 3 posisinya cukup jauh dari bus paling belakang yakni bus nomor 2.
 
Dan saat bus nomor 2 ini ingin mengejar teman-temannya, tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada truk kontener yang baru saja menyalip.
 
Mobil di depannya dan kaget di depannya ada bus nomor 2.
 
Karena sama-sama kaget si sopir truk itu banting setir dan terjadilah tabrakan.
 
Saat tabrakan sebenarnya tidak ada korban karena rusaknya hanya di bagian samping bus saja.
 
Namun, saat para siswa dan penumpang lainnya ingin keluar pintu depan bus tidak bisa terbuka karena tertabrak truk yang tadi.
 
Sementara, parahnya tangki truk kontener pecah dan meledak.
 
Api menjalar begitu cepat dan menjalar ke bus nomor 2.
 
Karena apinya menjalar ke bagian depan bus, penumpang yang berisi siswa harus mundur kebelakang.
 
Bus itu tertabrak lagi dari belakang akhirnya semua terkurung di dalam bus dan terbakar.
 
Kejadian Paiton tahun 2003 ini, dari total 56 orang yang ada di dalam bus tersebut, hanya 2 orang yang berhasil keluar yakni sopir dan keneknya.
 
Sedangkan sisanya sebanyak 54 orang terdiri dari siswa siswai pemandu dan guru semuanya ikut terbakar.
 
Ada pun Budi, kernet bus, dengan memecah kaca depan dapat selamat, meskipun dia juga tetap mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. 
 
Budi dirujuk ke RS Dokter Sutomo Surabaya, sebelumnya dia sudah mendapat perawatan intensif di RSUD Dokter Subandi Situbondo.
 
Tiga bangkai kendaraan sudah diderek untuk dipindahkan ke tepi jalan agar tidak mengganggu arus lalu lintas dari dan ke arah Banyuwangi.
 
Walau masih tampak asap mengepul di bangkai bus AO Transport. 
 
Konsentrasi jajaran Polda Jatim masih pada mengidentifikasi korban, belum melangkah pada pemeriksaan siapa yang salah dalam kasus tabrakan itu
 
Sementara itu, di ruang mayat RSUD Situbondo masih terbujur puluhan siswa dan guru yang meninggal. 
 
Dokter masih terus mengidentifikasi. Hingga pukul 21.30 malam, baru enam yang dapat diidentifikasi.
 
Diperoleh informasi, rombongan keluarga korban juga sudah sampai di RSUD Situbondo. 
 
Nanang Priyambodo, salah satu petugas di rumah sakit itu, menuturkan, malam itu ada beberapa korban yang dibawa ke Puskesmas Besuki. 
 
Namun karena kondisinya gawat, lalu dibawa ke RSUD Situbondo yang berjarak sekitar 45 km timur lokasi kejadian.
 
Di Paiton dekat tanjakan PLTG Paiton, yang berada di perbatasan Situbondo-Probolinggo. 
 
Tempat kejadian itu berada di wilayah Polwil Besuki.
 
Dirlantas Polda Jatim Kombes Pol Andjar Triaji menyatakan, sopir trailer milik PT Bhirawa Tunggal Rono bernama Khozim, sudah menyerahkan diri. 
 
Sementara itu kernetnya, Syafii, sudah ditangkap. Pada saat kejadian, kendali truk trailer diserahkan dari Khozim kepada Syafii.
 
Keduanya hingga semalaman diperiksa intensif di Mapolres Situbondo. 
 
Sebelumnya mereka didatangkan dari Surabaya dan sampi di Situbondo pukul 20.00 WIB.
 
Lokasi kejadian memang masih jauh dari keramaian dan permukiman. 
 
Lokasi permukiman ada sekitar 500 meter dari puncak jalan. 
 
Di sana banyak berdiri warung yang biasa dimanfaatkan untuk tempat istirahat bagi kendaraan yang melakukan perjalanan, dari barat ke timur.
 
Dengan adanya kejadian itu, beberapa pemilik warung menutup sementara warungnya karena mengaku ngeri. 
 
Apalagi di kanan tempat kejadian adalah bukit dan tanaman liar yang sangat sepi.
 
Dari lokasi kejadian tampak sekali bahwa jalannya trailer L- 8493-F melebihi marka jalan, apalagi dalam kondisi jalan menurun.
 
Kecelakaan di jalur pantura, tepatnya di Banyuglugur, 15 km barat Situbondo atau 3 km timur PLTG Paiton itu menimbulkan bunyi benturan yang sangat keras. 
 
Kondisi bus AO Transport yang sebelumnya menyalip colt boks L-8493-B, sebenarnya berada pada posisi yang benar.
 
Namun bagian kanan bus hancur, karena dihantam truk kontainer (trailer).
 
Sopir truk diduga memaksa dan membanting kemudinya, ke kanan untuk menghindari gundukan pasir di kiri.
 
Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari Polres Situbondo.
 
Begitu terjadi tabrakan dari bus terlihat ada percikan api. 
 
Kemudian ditambah bus itu ditabrak dari belakang oleh colt diesel L-3974-DC, sehingga bus langsung terbakar.
 
Karena kisah inilah hingga disebut tragedi Paiton tahun 2003.***

Editor: Sonia Okky Astiti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x