Thailand dan Vietnam Campur Dua Vaksin Covid-19 Merk Beda, Amankah? Berikut Penjelasan Pakar

17 Juli 2021, 14:46 WIB
Ilustrasi vaksinasi Covid-19. /Tangkap layar Instagram/ @kemenkes_ri

Media Magelang - Thailand dan Vietnam berencana mencampur dua vaksin Covid-19 yang berbeda sekalipun organisasi kesehatan dunia (WHO) sudah memperingatkan belum ada data pasti terkait efektivitasnya.

Sebagaimana dikutip Media Magelang dari AFP, Thailand akan memberikan dosis pertama menggunakan vaksin Sinovac dan vaksin kedua menggunakan AstraZeneca demi mempercepat pembentukan antibodi selama enam minggu.

Sementara Vietnam juga akan menggabungkan vaksin Covid -19 Astrazaneca dan Pfizer BionTech sebagaimana Media Magelang kutip dari Reuters.

Baca Juga: Link Info Vaksin Malang, Cek Jadwal Vaksinasi Online & Pendaftaran Berikut!

Vietnam baru saja menerima 97.000 dosis vaksin Pfizer BioNTech pada minggu lalu.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia sendiri sudah mulai memberikan suntikan ketiga atau booster dari vaksin Moderna untuk para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada Jumat 16 Juli 2021.

Sebanyak 50 orang guru besar Fakultas Kedokter Universitas Indonesia (UI) menjadi kelompok penerima dosis ketiga ini.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebagaimana Media Magelang kutip dari situs resmi Kemkes berharap bahwa dengan booster ini para tenaga medis lehih terlindungi terlebih mereka adalah garda terdepan dalam penanggulangan Covid -19.

Rencananya dosis ketiga atau booster akan diberikan kepada 1.47 juta tenaga kesehatan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Putuskan Vaksin Berbayar Kimia Farma Semuanya Dibatalkan dan Dicabut!Baca Juga: Presiden Jokowi Putuskan Vaksin Berbayar Kimia Farma Semuanya Dibatalkan dan Dicabut!

Negara-negara ini juga berencana mengkombinasikan vaksin Covid -19

Selain Indonesia, Thailand, dan Vietnam, sejumlah negara juga berencana menggabungkan dua jenis vaksin Covid-19 yang berbeda.

Italia, contohnya.Badan pengawas obat negara yang sempat 'babak belur' di awal pandemi (AIFA) mengatakan warga berusia di bawah 60 tahun yang menerima dosis pertama dari AstraZaneca bisa memilih dosis kedua mereka.

Kemudian ada Korea Selatan yang mengatakan pada 18 Juni 2021 lalu bajwa sebanyak 760.000 penerima suntikan pertama dari AstraZaneca dapat menerima dosis kedua dari Pfizer karena adanya penundaan pengiriman dari skema pembagian vaksin global COVAX.

Amankah mencampur kedua vaksin Covid -19 yang berbeda?

Sejumlah pertanyaan sekaligus kritikan muncul. Bagi WHO, mencampur adukkan vaksin adalah tindakan berisiko karena baru ada sedikit data terkait efek kesehatannya.

"Tren ini agak berbahaya. Datanya tentang campur-aduk ini belum ada, buktinya belum ada. Situasinya akan jadi kacau di sejumlah negara jika warga memutuskan sendiri kapan dan dari siapa dosis kedua, ketiga, dan keempat yang akan diambil," demikian penuturan Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss sebagaimana dikutip dari Reuters pada 13 Juli 2021.

Namun Soumya Swaminathan menglkarifikasi pernyataannya dengan mengatakan bahwa individu tidak boleh memutuskan sendiri dalam mencampurkan vaksin dan harus mengikuti saran otoritas kesehatan.

Menurut dokter yang juga peneliti kedokteran Dr.Jacob Wesley Ulm, MD,Ph.D dalam wawancara dengan Media Magelang 17 Juli 2021, sampai saat ini belum ada konsensus dari dunia media mengenai campuran vaksin COVID-19 mana yang lebih efektif.

"Di titik ini, semua masih tahap eksperimen. Kami belum ada data pasti mengenai keamanan percampuran vaksin ini secara umum dan jenis vaksin secara spesifik," ujar pengajar di Harvard Medical School, sembari menyambut baik tahap uji coba ini di tengah munculnya berbagai virus varian baru dengan penuluaran lebih cepat.

Sejauh ini baru ada beberapa penelitian awal terkait percampuran vaksin yang diadakan secara terbatas.

Sebuah penelitian awal di Spanyol menunjukkan kombinasi AztraZaneca dan Pfizer sangat aman dan efektif. Inggris dan Jerman juga mengadakan studi serupa, ujar pengajar di bidang genetik dan kesehatan anak ini.

Mengenai perlunya mencampur vaksin karena maraknya varian Delta yang penyebarannya lebih cepat, dokter yang juga mengajar di Massachusets Institute of Technology cenderung berhati-hati.

"Saya belum akan bilang itu perlu. Karena kami sebagai dokter perlu berhati-hati (dalam melakukan uji coba) dan semua harus ada buktinya. Belum ada aturan dari negara-negara bahwa suntikan ketiga bisa untuk semua orang. Ya bisa jadi sekarang untuk para petugas medis, Belum ada arahan bisa memberikan suntikan ketiga ke semua orang," ujarnya menutup pembicaraan.

Sampai saat ini, Media Mageang masih mengikuti perkembangan terkini terkait uji coba pencampuran vaksin Covid -19 di Thailand, Vietnam dan negara lainnya.***

Editor: Dinda Silviana Dewi

Tags

Terkini

Terpopuler