Menjelang Ramadhan, Kenali Adat Dan Tradisi Ruwah dalam Penanggalan Jawa

- 18 Maret 2021, 14:05 WIB
Nyekar atau tabur bunga ke makam leluhur adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan saat Bulan Ruwah.
Nyekar atau tabur bunga ke makam leluhur adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan saat Bulan Ruwah. /- Foto : Portal Jogja/Siti Baruni/

Media Magelang - Berbeda dengan kalender hijriah yang mana sebelum bulan Ramadhan adalah bulan Sya’ban. Pada Penanggalan atau Kalender Jawa bulan sebelum Ramadhan disebut Sasi (bulan) Ruwah.

Pada bulan Ruwah, masyarakat Jawa sering menyelenggarakan tradisi turun temurun yang bernama ruwahan. Ruwahan adalah tradisi mengirimkan doa kepada  arwah para leluhur.

Tradisi Ruwah dalan budaya Jawa dapat dikatakan wujud akulturasi budaya yang dipengaruhi tradisi agama Hindu dan Budha, namun masih dijaga dan dilestarikan seiring perkembangan Agama Islam.

Baca Juga: Viral! Warga Pondok Pelita Naikan Tagar #IkatanCintaDeserveBetter, Kesal dengan Cerita yang Berbelit

Baca Juga: Dapat Status 'Kamu Belum Berhasil', Mungkin Anda Tipe Pendaftar yang Tidak Akan Bisa Lolos Kartu Prakerja 2021

Baca Juga: Ganjar Pranowo Usulkan Edukasi Petani dalam Rakor Pengembangan Sistem Resi Gudang

Tradisi Ruwah atau Ruwahan punya penyebutan lain, yakni nyadran. Tiap-tiap daerah di Jawa memiliki penamaan sendiri. Ada yang menyebut Ruwah, ada pula yang menyebut nyadran.

Umumnya sebelum Ruwah atau nyadran dilakukan, masyarakat Jawa akan bergotong royong membersihkan makam leluhur mereka. Setelah pembersihan makam, barulah tradisi nyadran dimulai dengan umbul doa atau kenduri di sekitar makam.

Warga Jawa akan membawa makanan, bisa menggunakan tampah, bakul, atau besek bambu, tergantung kebiasaan dan kesepakatan masing-masing daerah. Usai berdoa bersama, biasanya makanan yang dibawa akan dinikmati bersama.

Halaman:

Editor: Eko Prabowo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah