Mengenal Toxic Positivity, Saat Berpikir Positif Tidak Selalu Baik

- 12 Oktober 2021, 08:05 WIB
Ilustrasi : toxic positivity
Ilustrasi : toxic positivity /Pixabay/

Media Magelang - Simak berikut ini penjelasan toxic positivity dan berpikir positif.

Pernahkah Anda disarankan untuk berpikir positif sekalipun Anda saat itu tengah sedih dan terpuruk?

Berpikir positif memang baik tetapi tidak selalu berdampak baik dan justru dalam kondisi tertentu bisa membuat orang lain semakin merasa tertekan.
 
 
Keyakinan bahwa semua masalah bisa selesai dengan berpikir positif adalah toxic positivity.
 
Bagaimana bisa berpikir positif justru bisa jadi racun? Lalu seperti apa contoh toxic positivity?
 
Saat Anda kehilangan pekerjaan akibat pandemi sementara Anda punya tanggung jawab terhadap keluarga tentu wajar jika merasa sedih dan gelisah.
 
Nah saat Anda menceritakan masalah dan beban Anda kepada teman terdekat, sering kali saran mereka justru membuat kita semakin putus asa seperti:
 
"Kamu harusnya bersyukur. Di luar sana yang lebih parah banyak lho."
 
 
"Yah masa baru begitu saja nyerah sih? Ayo lah kamu bisa kok."
 
Mungkin kalimat-kalimat tersebut terkesan memberi semangat. 
 
Namun sebenarnya hal tersebut justru tidak membuat orang yang mengalami masalah tersebut merasa lebih baik.
 
Mengabaikan emosi negatif malah bisa berdampak buruk bagi kesehatan jiwa.
 
Padahal wajar seseorang merasakan sedih,putus asa, malu, kecewa, perasaan bersalah dalam hidup.
 
Semakin Anda meredam emosi negatif dan berusaha menutupi dengan emosi positif malah membuat Anda merasa stres dan siap-siap 'meledak'.
 
"Tekanan untuk terlihat baik-baik saja mengabaikan beragam emosi yang kita alami," ujar Carolyn Karoll psikoterapis di Baltimore sebagaimana Media Magelang kutip dari Healthline.
 
Lalu bagaimana menghindari toxic positivity?
 
Seandainya kita menjadi posisi yang dicurhati, pahami dulu orang itu bahwa belum tentu mereka suka disemangati.
 
Cobalah menjadi pendengar yang baik dan jangan sekeda menghakimi. Ingat, orang sudah terpuruk sudah sedih jangan ditambah lagi penderitaannya.
 
Dan jika Anda tengah merasa sedih, putus asa, dan bingung, pahami bahwa emosi tersebut adalah wajar. Itu manusiawi.
 
Anda cuma butuh waktu untuk merenung dan menyendiri. Tak apa bersedih dan semua akan pulih seiring waktu.
 
Mengakui emosi negatif bukan berarti optimisme. Sangat wajar Anda bersedih, terluka namun ke depan Anda bisa bangkit lagi.
 
Jika Anda merasa orang sekliling Anda justru memberi toxic positivity, Anda bisa curhat ke profesional (psikolog).
 
Demikian penjelasan mengenai toxic positivity. Selamat Hari Kesehatan Mental sedunia.***

Editor: Dinda Silviana Dewi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah