“Juga perlu dibangun daya kritis generasi ... berbeda pendapat ...berargumen....berpidato ...berkebangsaan ....dst. Cuma mana ada lagi itu di sekolah.... Prihatin dengan pendidik yg tidak paham dgn ini,” cuit akun @RmypNe.
“Ironis..kebijakn ngawur. Stlh bermasalah lsg lumer,” bunyi respon dari akun @suherm17.
Dengan begitu, adanya penerimaan kembali dari SMAN 1 Kabupaten Bengkulu untuk siswi penghina Palestina membuat Ferdinand Hutahaean berpendapat bahwa para pendidik di sekolah itu tak berwawasan pendidik.***