Inflansi di AS Semakin Parah Karena Suku Bunga yang Terus Menurun, Gimana Nasib Indonesia?

- 15 Juli 2022, 20:13 WIB
Inflansi di AS Semakin Parah Karena Suku Bunga yang Terus Menurun, Gimana Nasib Indonesia?
Inflansi di AS Semakin Parah Karena Suku Bunga yang Terus Menurun, Gimana Nasib Indonesia? /unsplash/ devi puspita amartha yahya/

Media Magelang - Ketidakpastian global terus berlanjut. Saat ini, sejumlah negara mengalami kenaikan inflasi.

Salah satunya adalah Amerika Serikat yang selama ini menjadi kiblat keuangan dunia.
 
Inflasi di Negeri Paman Sam, pada Juni 2022, kembali melejit mencapai 9,1 persen secara tahunan (year over year/yoy), tertinggi dalam 41 tahun terakhir.
 
Angka itu juga jauh di atas perkiraan sejumlah ekonom dan lembaga, seperti Dow Jones, yakni di kisaran 8,8 persen.
 
 
Akibatnya, pamor dolar AS pun meningkat dibandingkan dengan mata uang lainnya. Tren penguatan dolar AS masih akan berlanjut, apalagi akan ada pengumuman The Fed soal normalisasi suku bunga acuan.
 
Pada pembukaan perdagangan pada Kamis, 14 Juli 2022, nilai tukar rupiah melemah.
 
Rupiah terdepresiasi ke level Rp 14.996 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, rupiah melemah 0,03 persen ke level Rp14.996 per dolar AS pada pukul 9.01 WIB.
 
Lima menit berselang, pada pukul 09.06 WIB, rupiah kembali melemah kelevel Rp 15.007 per dolar AS.
 
 
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, memperkirakan, berdasarkan data inflasi, The Fed (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin pada bulan ini, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, yakni 75 basis poin.
 
Kenaikan suku bunga juga akan membuat dolar AS semakin tinggi, dengan euro melemah hingga menyamai dolar.
 
”Kami juga memperkirakan, Bank Indonesia akan merespons untuk meningkatkan suku bunga 50 basis poin, ke angka 4 persen,” katanya.
 
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengingatkan untuk mewaspadai tingginya inflasi di AS. Menurut dia, inflasi di AS bisa bertransmisi melalui dua jalur, yakni jalur moneter dan jalur perdagangan.
 
Dari aspek moneter, inflasi yang tinggi akan mendorong bank sentral AS lebih agresif dalam meningkatkan suku bunga.
 
”Ini akan membuat dolar AS semakin perkasa, bahkan terhadap euro, terhadap mata uang dominan lainnya, apalagi terhadap nilai tukar rupiah. Jadi, dalam beberapa pekan ke depan, rupiah diperkirakan akan bergejolak,” ujarnya.
 
Sementara itu, dari aspek perdagangan, jika inflasi AS naik, berarti kinerja ekspor RI ke negara adidaya tersebut bisa terganggu.
 
Pasalnya, konsumsi rumah tangga di AS akan melandai, seiring dengan turunnya daya beli.
 
Kondisi itu akan memengaruhi permintaan barang-barang dari Indonesia.
 
”Jadi, kalau kita lihat AS sebagai mitra dagang yang utama, ini akan bisa memengaruhi neraca perdagangan pada semester II/2022," tutur Bhima.
 
Ia membeberkan sejumlah hal yang perlu dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia, di antaranya menaikkan suku bunga.
 
”Sarannya sih naik sampai 50 basis poin, untuk RDG (Rapat Dewan Gubernur) BI bulan Juli ini,” tuturnya.
 
Dia menambahkan, pemerintah juga harus menjaga inflasi energi. Soalnya, kontributor terbesar inflasi di AS masih berasal dari harga bahan bakar minyak (BBM).
 
”Jadi, kita harus bisa menjaga dengan menambah alokasi subsidi dana kompensasi BBM,” ujarnya.
 
Bhima juga menyarankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dengan mencari pasar-pasar alternatif selain AS yang masih prospektif.
 
Kemudian, substitusi impor bahan baku, misalnya bahan baku obat yang 90 persennya masih diimpor, terutama dari negara-negara maju.
 
”Ini perlu dicari alternatif bahan baku di dalam negeri untuk obat-obatan. Itu bisa mengurangi dampak dari selisih kurs,” katanya.
 
Beban utang pemerintah dan utang luar negeri swasta perlu dikendalikan, karena efek dari pelemahan nilai tukar terjadi selisih kurs yang bisa membahayakan ekonomi.
 
Demikian informasi terkait suku bunga yang terus menurun menjadi penyebab inflansi di AS.***

Editor: Sonia Okky Astiti

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x