Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda, Kamu Termasuk Gak? Klik di Sini

- 11 Juli 2022, 16:33 WIB
Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda, Kamu Termasuk Gak? Klik di Sini
Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda, Kamu Termasuk Gak? Klik di Sini /Pixabay/nattanan23.
 
Media Magelang - Setelah lulus sekolah apa yang sering terlintas di kepala kamu? Pasti yang terlintas di kepala Fresh Graduate adalah bekerja atau kuliah, atau bisa juga keduanya.
 
Ya, sebagai Fresh Graduate baik yang dari sekolah menengah atas perguruan tinggi, hal yang paling pertama kali dilakukan ketika telah bekerja dan tidak bergantung lagi secara finansial sehari-hari kepada orang tua adalah, spending money.
 
Spending money atau menyisihkan uang untuk mewujudkan apa yang kamu mau, tentu spending money tidak selalu memiliki konsep yang negatif. Namun beda hal kalau ini terjadi di sebagian besar dari Fresh Graudate, Millenials atau Gen Z.
 
Kebanyakan dari Fresh Graduate cenderung ingin melakukan apa pun yang mereka suka, tidak suka bila diberi masukan jika itu kenyamannya dalam menikmati apa yang ingin mereka nikmati.
 
 
Boleh dibilang, kebanyakan dari fresh graduate akan mencari banyak pembenaran atas segala hal yang ingin mereka lakukan.
 
Tidak penting mana yang baik dan mana yang kurang baik, yang paling terpenting adalah mewujudkan apa pun yang diinginkannya.
 
Berikut adalah 5 kesalahan keuangan yang sering kita lakukan, terkhususnya di masa lalu. Disimak baik-baik, ya:
 
1. Lebih mementingkan lifestyle daripada safety life
 
 
Ya, kebanyakan anak muda di usia 20 tahunan, yang baru pertama kali merasakan bekerja dan menghasilkan uang hampir selalu berpikir untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan dalam jangka pendek.
 
Dalam jangka panjang, terkadang dipikirkan juga. Namun biasanya, mewujudkan sesuatu dalam jangka pendek selalu lebih mudah ketimbang mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan untuk masa depan.
 
Bukan sebuah kesalahan yang mutlak (nah ini biasanya adalah kalimat pembuka dalam melakukan pembelaan).
 
Ya, memang betul bukan suatu kesalahan yang mutlak, tapi bukan suatu hal yang layak dapat pembenaran juga. Sulit sekali berkomitmen dengan waktu jika ingin mewujudkan sesuatu yang sifatnnya jangka panjang.
 
Tapi bukan suatu hal sulit juga untuk memutus kebiasaan dalam mengeluarkan uang untuk suatu hal yang sifatnya konsumtif, kita sering mendengar bahwa, “Kerugian untuk dirimu hanya akan dirasakan oleh dirimu sendiri”.
 
2. Terlalu banyak berhemat
 
Nah, Gen Z pasti suka membaca bagian kedua ini. Sering kali kebanyakan orang berpikir bahwa untuk merubah pola hidup yang konsumtif adalah berhemat sebanyak-banyaknya.
 
Padahal, pemikiran itu pernah terlintas di kepala orang-orang yang telah bebas secara finansial. Jumlah nominal yang terbatas cenderung membuat kamu berpikir bahwa, “Kalau tidak ditabung ya dihabiskan sekarang juga!”.
 
Padahal kalau tidak ditabung ya, dipakai untuk hal lain yang mendatangkan manfaat. Salah satunya adalah berinvestasi. Tapi investasi di sini lebih disarankan untuk investasi leher ke atas.
 
Investasi leher ke atas adalah konsep investasi yang meyarankan kita untuk berinvestasi ke diri kita sendiri, seperti ikut kelas online untuk mempertajam keahlianmu di suatu bidang.
 
Sesuatu yang bermanfaat dan akan membuat kamu lebih terlihat memiliki nilai jual dan secara otomatis mendatangkan penghasilan tambahan.
 
Kalau biasanya kamu beli sepatu terkini, baju terbaru, celana paling trendy, gadget tercanggih atau kendaraan terkeren, ini kenapa tidak kamu coba diubah sedikit saja pola berpikirnya?
 
Iya memang hal-hal di atas dapat membuatmu memiliki nilai jual yang tinggi di masyarakat sosial media dan kamu pasti akan bilang, “Itu kan salah satu contoh buat berinvestasi ke diri sendiri namanya”.
 
Betul, tidak ada yang salah dari pernyataan itu. Namun coba kamu pikir lagi kalau investasi ke diri sendiri itu yang sifatnya menambah ilmu untuk mempertajam keahlian spesifik yang kamu punya.
 
Kamu akan terlihat bernilai juga di mata klien, perusahaan atau sesuatu yang sifatnya mendatangkan jumlah pemasukan finansial dalam nominal yang lebih banyak dari yang sebelumnya.
 
Sudah kebayang maksudnya? Mari kita lanjut.
 
3. Terlalu tergesa-gesa untuk berinvestasi
 
Kalau tadi kita membahas soal investasi leher ke atas, kali ini kita akan membahas soal investasi juga, tapi ini adalah investasi yang betulan investasi.
 
Hah, gimana? Iya. Investasi berupa saham, reksadana, crypto, NFT dan lain sebagainya.
 
Bentuk investasi sepeti emas, properti dan lain-lain tidak saya bahas karena apa yang saya bahas kali ini hanya berdasarkan sesuatu yang lazim kita temui di era sekarang.
 
Investasi di produk keuangan memang dianjurkan untuk mencapai tujuan keuangan, tapi anak muda di usia 20 tahunan kadang memiliki tujuan lain selain tujuan keuangan.
 
Tujuan keuangan adalah mutlak, menentukan tujuan keuangan sama dengan mempersiapkan sesuatu yang lebih baik di masa depan.
 
Saya bukan anak konglomerat, tapi bukan berarti saya enggak bisa punya Lamborghini. Saya bisa memilikinya jika saya membuat tujuan keuangan.
 
“Saya ingin beli Lamborghini dalam 5 tahun ke depan!”.
 
Maka tentu keinginan itu harus diusahakan, agar terwujud dan memiliki tujuan keuangan akan membuat kita lebih terarah dalam menentukan langkah.
 
Sayang sekali, kebanyakan anak muda berinvestasi adalah karena FOMO (fear Of Missing Out) atau hanya ikutan-ikutan sesuatu yang sedang ramai dibicarakan.
 
Sebuah niat yang kurang tepat, akan berakhir dengan cepat. Tujuan keuangan tidak tercapai, tapi angan-angan ingin sukses di usia 20-an malah makin sulit untuk digapai.
 
Keputusan berinvestasi hanya karena FOMO, adalah sebuah kegiatan investasi yang tanpa dibekali oleh pengetahuan yang cukup dan sungguh hanya Kerbau di Sawah yang akan terus bekerja tanpa pernah tau apa yang sebenarnya sedang ia lakukan.
 
4. Tidak mempelajari instrumen investasi dengan baik
 
Sering kali kebanyakan orang menyalahkan keadaan dan menyamaratakan semuanya atas dasar sesuatu yang ia alami di masa lalu.
 
Padahal, jika ditelusuri lebih lanjut, hal yang menjerumusnya ke dalam palung kerugian adalah kesalahan personal yang ia lakukan sendiri.
 
Kita harusnya banyak belajar dari kasus investasi bodong yang beberapa waktu lalu marak diungkap oleh media.
 
Mudah teriming-imingi dengan kesuksesan dalam waktu singkat yang membuat kita jatuh ke jurang yang bernama keugian, tidak lantas jadi membenarkan tuduhan kita yang menyamaratakan sesuatu hanya dari pengalaman buruk yang kita alami.
 
Pentingnya mempelajari instrumen investasi dengan benar adalah cara kita terhindar dari masalah yang tidak diinginkan, memang berilmu tidak menjamin sepenuhnya kita akan selamat.
 
Namun setidaknya, berilmu akan membuatmu lebih memiliki bekal persiapan yang cukup sehingga ketika diterpa musibah, kamu tidak akan kelimpungan.
 
Karena dengan menggunakan akal pikir dengan sebaik-baiknya akan membuatmu lebih fokus terhadap apa yang bisa kamu lakukan, bukan terhadap apa yang kamu pikirkan.
 
5. Terlalu cepat untuk membeli sesuatu
 
Ya, kadang untuk mewujudkan sesuatu kita bisa short cut dengan mengambil angsuran atau cicilan.
 
Saya masih memberikan toleransi kepada diri saya untuk berhutang kepada sesuatu yang nilainya bertumbuh seperti rumah dan tanah (walaupun sebenarnya kalau bisa ya tidak berhutang).
 
Untuk membeli sesuatu saya lebih merekomendasikan untuk ditelusuri dulu lebih dalam.
 
Misal ingin membeli rumah, nah rumahnya ini untuk apa? Persiapan pernikahan dalam waktu yang kurang dari 5 tahun?
 
Atau hanya sekedar bisa membuat saya bisa membanggakan diri saya di depan keluarga atau orang terdekat karena hasil kerja keras saya membuahkan hasil?
 
Kalau tujuannya yang terakhir, maka lebih baik ditunda. Karena bukan sesuatu yang memang mendesak dan masih bisa ditunda.
 
Pentingnya untuk menimbang-minimbang sesuatu bukan berarti takut untuk melangkah, ya. Pikirkan dengan logis, jangan mendahulukan perasaan atau emosi dalam hal semacam ini.
 
Jadi itulah 5 kesalahan keuangan yang biasa kita lakukan.***

Editor: Sonia Okky Astiti

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x