Sementara J&J melakukan uji klinis sekitar periode Oktober hingga Januari/Februari 2021 dimana kasus sudah tinggi, semakin banyak yang berisiko terinfeksi.
Selain itu, J&J melakukan uji klinis di Afrika Selatan dan Brazil yang bukan saja kasusnya yang tinggi namun jenis strain virusnya juga berbeda.
"Jika ingin membandingkan vaksin satu dengan vaksin lain, maka perlu dipelajari di uji klinis yang sama di waktu yang sama dengan persyaratan yang sama,"ujar ilmuwan dari John Hopkins University Center for Health Security Amesh Adalia dalam video berjudul Why You Can't Compare Covid-19 Vaccines yang diunggah pada 20 Maret 2021.
Amesh menambahkan tujuan vaksin itu bukan mengakhiri pandemi namun menjinakkan virus itu sendiri.
Masalah efek samping juga kerap menjadi perdebatan
Sama seperti obat, vaksin juga menimbulkan berbagai efek samping seperti demam, gatal-gatal, pusing atau mengantuk. Ini yang disebut KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi).
Penggunaan vaksin AstraZaneca dan J&J sempat dihentikan sementara di AS dan beberapa negara akibat risiko pembekuan darah.
Selain itu, kita kerap mendengar bahwa pada akhirnya orang tetap wajib memilih vaksin karena kondisi kesehatan tiap individu berbeda dengan penyakit yang dideritanya.
:Saya punya penyakit bawaan yaitu diabetes dan jantung. Jadi saya memilih tidak vaksin dengan yang ada saat ini. Saya disarankan untuk vaksin dengan Moderna,: ujar warga Jakarta Pusat yang tak disebutkan namanya dan baru saja menjalani pasang ring jantung pada awal Juli 2021.
Lalu, apa solusinya?