Media Magelang - Keampuhan salah satu vaksin Covid-19 Pfizer mengalami penurunan hingga 84 persen enam bulan setelah suntikan kedua, demikian CEO Pfizer Albert Bourla mengutip hasil temuan studi terbaru yang dibiayai perusahaan.
Menurut study tersebut, tingkat keampuhan Pfizer mencapai puncak tertinggi (96.1 persen) antara seminggu hingga dua bulan setelah dosis kedua. Setiap dua bulan, terjadi penurunan sekitar enam persen.
Hasil studi terkait Pfizer Covid-19 ini menimbulkan anggapan lagi bahwa nantinya semua orang akan butuh suntikan ketiga di tengah penyebaran varian Delta yang lebih cepat menular dan sudah menyebar ke lebih dari 104 negara menurut data WHO per 25 Juli 2021.
Baca Juga: Begini Syarat Vaksin Covid-19 Bagi Ibu Hamil
Sementara itu, hasil studi awal di Israel menunjukkan bahwa tingkat keampuhan Pfizer melawan varian Covid-19 Delta menurun 39 persen terhadap varian Delta setelah studi awal menunjukan efektivitas Pfizer berkurang 64 persen.
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian dari New England Journal of Medicine bahwa Pfizer efektif 88 persen melawan varian Delta dan 94 persen melawan virus corona varian asli.
Lalu, mengapa hasil penelitian bisa berbeda?
Menurut peneliti dan praktisi kedokteran Dr. Jacob Wesley Ulm, MD, PhD, studi Israel ini lebih mendalam dalam menyelidiki orang-orang yang terinfeksi setelah menerima vaksin (breakthrough infection).
"Yang membedakan adalah Israel juga melacak orang-orang yang terkena COVID-19 setelah divaksinasi. Sementara Pusat Pengendalian Penyakit di AS (CDC) berhentik melacak orang-orang yang terinfeksi paska imunisasi yang tidak bergejala parah," ujarnya dalam wawancara via Skype pada 3 Agustus 2021.