Seminggu Setelah Aung San Suu Kyi Ditangkap, Seruan Protes di Myanmar Meningkat

- 11 Februari 2021, 11:40 WIB
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar./
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar./ /Reuters

Media Magelang – Seminggu setelah Aung San Suu Kyi ditangkap, seruan protes di Myanmar meningkat. 

Para penentang kudeta Aung San Suu Kyi menyerukan untuk lebih banyak aksi demonstrasi dan penghentiaan aktivitas kerja pada Senin 8 Februari 2021. Ribuan orang bergabung dalam seruan protes pada akhir pekan kemarin. 

Seruan demonstrasi bertujuan untuk menentang kudeta dan penahanan Aung San Suu Kyi yang terpilih sebagai pemimpin Myanmar. 

Baca Juga: Pompa Sedot Banjir Kaligawe Hanya Berfungsi 2 dari 3, Ganjar Pranowo Minta BBWS Pasang Pompa Portabel

Protes penentang kudeta Aung San Suu Kyi pada Minggu, 7 Februari 2021 adalah demonstrasi terbesar sejak Revolusi Saffron 2007 yang dipimpin oleh para biksu Buddha membantu mendorong reformasi demokrasi di Myanmar, namun revolusi tersebut terhambat oleh kudeta 1 Februari. 

Sebagaimana dikutip Media Magelang dari ANTARA News, Ei Thinzar Maung salah satu aktivis dalam demontrasi ini, melalui akun Facebook-nya menyerukan pada warga Myanmar untuk keluar dengan damai dan bergabung dengan demonstran yang lain. 

“Para demonstran dari sudut Yangon, silakan keluar dengan damai dan bergabunglah dengan pertemuan rakyat,” katanya. 

Baca Juga: Bisa Kuliah Gratis di Perguruan Tinggi Dengan KIP Kuliah, Begini Persyaratannya

Ei Thinzar Maung menyerukan melalui status Facebook tersebut dengan menggunakan jaringan VPN untuk menggalang pengunjuk rasa. Meskipun ada upaya dari pihak militer untuk menutup akses sosial media di Myanmar. 

Ei Thinzar Maung mengatakan lokasi dan waktu demonstrasi akan diumumkan kemudian. Hal ini dilakukan karena sebagai wajah gerakan protes baru untuk menentang kudeta Aung San Suu Kyi. 

Dalam laporan Reuters mengatakan bahwa konvoi truk militer terlihat melintasi ibukota Yangon pada Minggu malam. Hal ini menimbulkan rasa takut bahwa situasi bisa berubah. 

Baca Juga: Celine Evangelista Akhinya Benarkan Hal Ini di Tengah Isu Perceraiannya

Reuters mencoba untuk menghubungi pihak militer untuk mengomentari demontrasi tersebut dan televisi pemerintah belum menyampaikannya. 

Panggilan mogok kerja pemerintah militer Myanmar mencabut akses layanan internet selama sehari pada akhir pekan akan memicu lebih banyak amarah warga. 

Jika akses internet terus dimatikan, Myanmar kembali ke masa isolasi dan kemiskinan yang lebih besar sebelum masa transisi ke demokrasi yang dimulai tahun 2011. 

Salah satu aktivis dalam demonstrasi ini Maung Saungkha dan Thet Swe Win mengunggah pernyataannya melalui Facebook bahwa polisi telah mencari mereka, tetapi tidak ada di rumah dan mereka berdua saat ini masih bebas. 

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala FA: Manchester City Terlalu Tangguh untuk Swansea

Selama sepekan Aung San Suu Kyi ditangkap, protes di jalanan terjadi. Selan itu kampanye pembangkangan sipil telah dimulai. Pertama, mogok kerja tenaga kesehatan dan diikuti oleh guru dan pegawai pemerintah. 

Min Ko Naing salah satu veteran demonstrasi 1998 menyerukan warga Myanmar untuk tidak bekerja pada Senin, 8 Februari 2021. 

“Kami meminta staf pemerintah dari semua departemen untuk tidak hadir bekerja dimulai Senin, 8 Februari 2021,” katanya. 

Seperti diketahui, Aung San Suu Kyi adalah peraih Nobel Perdamaian 1991 untuk kampanye demokrasi. Ia hampir 15 tahun menjadi tahan rumah selama beberapa dekade berjuang untuk mengakhiri pemerintahan militer yang tengah berlangsung setengah abad. 

Baca Juga: Ingin Dapat Bansos? Syaratnya Daftar ke DTKS Kemensos Dahulu Pakai 10 Langkah Cara Ini

Saat ini, Aung San Suu Kyi tidak dapat berkomunikasi sejak Panglima Militer Min Aung Hlaing merebut kekuasaan pada Senin, 1 Februari 2021. 

Aung San Suu Kyi menghadapi dakwaan telah mengimpor walkie-talkie secara ilegal dan menjadi tahanan polisi untuk penyelidikan tanggal 15 Februari 2021. 

Pengacara Aung San Suu Kyi mengatakan sampai saat ini dirinya belum bisa menemui pemimpin pemerintah sipil Myanmar. 

Kudeta yang dilakaukan militer kepada Aung San Suu Kyi telah mendapat kecamaan dari dunia internasional. Dewan Keamanaan PBB menyerukan pembebasan dan tataran lainnya. Amerika Serikat sedang menyiapkan sanksi apa yang harus didapatkan oleh Myanmar. 

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 12 Tak Bisa Diperoleh Bagi Semua Orang, Cek Kelompok Prioritas Kemnaker Ini

“Para pengunjuk rasa di Myanmar terus menginspirasi dunia saat aksi protes menyebar ke seluruh negeri,” kata Thomas Andrew sebagai mana dikutip Media Magelang dari akun twitter @RapporterUn pada Kamis, 11 Februari 2021. 

Selain itu , dalam cuitan Thomas Andrew warga Myanmar bangkit untuk membebaskan semua yang telah ditahan oleh militer dan menolak semua tindak kediktatoran. 

“Myanmar bangkit untuk membebaskan semua yang telah ditahan dan menolak kediktatoran militer untuk selamanya,” katanya. 

Baca Juga: Ingin Dapat Bansos? Syaratnya Daftar ke DTKS Kemensos Dahulu Pakai 10 Langkah Cara Ini

Sampai hari ini, demonstrasi di Myanmar untuk menentang kudeta terhadap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi terjadi setalah empat hari berturut-turut. Empat orang terluka, dan satu orang perempuan mengalami luka tembak di bagian kepalanya dan sekarang dalam keadaan kritis.*** 

Editor: Dinda Silviana Dewi

Sumber: REUTERS antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah