Dua Bulan Serangan Militer Rusia ke Ukraina, Ini Yang Terjadi Sejauh Ini

- 26 April 2022, 17:19 WIB
Dua Bulan Serangan Militer Rusia ke Ukraina, Ini Yang Terjadi Sejauh Ini
Dua Bulan Serangan Militer Rusia ke Ukraina, Ini Yang Terjadi Sejauh Ini /Kementerian Pertahanan Rusia /

Media Magelang - Tanggal 24 Februari 2022, Rusia melancarkan operasi militer ke Ukraina yang memicu kekhawatiran dunia.

Operasi militer Rusia dipicu kekhawatiran Moskow bahwa Ukraina (yang berbatasan langsung dengan Negeri Beruang Merah tersebut) bakal bergabung dengan NATO yang tentu bakal mengancam keamanan Rusia.
 
Data PBB sepekan lalu menyebutkan korban warga sipil di Ukraine mencapai 2,702 namun angka ini bisa saja bertambah.
 
Badan PBB untuk pengungsi (UNHCR) mencatat sejak 24 Februari 2022 hingga sepekan lalu, jumlah warga Ukraina yang mengungsi sudah mencapai hampir lima juta jiwa.
 
 
Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai perdamaian namun belum ada tanda-tanda perang akan berakhir.
 
Berikut rangkuman Media Magelang mengenai apa yang terjadi sejak operasi militer Rusia ke Ukraine dua bulan lalu hingga saat ini sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber:
 
Eropa terbagi soal sanksi energi Rusia
 
Serangan Rusia ke Ukraina memicu kemarahan negara-negara Barat. Namun mereka sendiri juga sadar bahwa sanksi ekonomi bakal berdampak ke masalah hajat hidup orang banyak: energi.
 
 
Data Staista per 3 Maret 2022 menyebutkan Rusia memasok 43 persen kebutuhan gas negara-negara Uni Eropa.
 
Uni Eropa memang tengah mempersiapkan stragegi mempercepat pengembangan energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil Rusia pada 2030.
 
Namun kenyataannya tak semudah itu karena dampak perang ini memicu kenaikan harga energi yang bakal memicu inflasi.
 
"Dalam rapat darurat, Spanyol cenderung menarik diri dan memprotes pembatasan gas Rusia karena ini memicu kenaikan harga energi di Spanyol dan seluruh Eropa," ujar penulis buku "Winning Space: How America Remains a Superpower" pada wawancara via Skype pada 25 Maret 2022 lalu.
 
Hingga saat ini, Uni Eropa sendiri belum satu suara terkait sanksi ekonomi terhadap Rusia.
 
"Saat ini, Uni Eropa tidak memiliki posisi yang seragam mengenai pertanyaan ini," ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borell,sebagaimana dilansir dari Die Welt pada 25 April 2022.
 
Saling tuding soal senjata kimia dan laboratorium biologis rahasia
 
Salah satu isu menarik adalah saling tuding Rusia dan Amerika Serikat (AS) terkait laboratorium rahasia yang diduga memproduksi senjata biologis dan penggunaan senjata kimia.
 
Rusia menuding AS membiayai laboratorium biologis di Ukraina yang dikhawatirkan bisa memproduksi senjata biologis.
 
Beberapa media kemudian melakukan cek fakta mengenai klaim Moskow tersebut.
 
Berdasar cek fakta dari Politifact, Ukraina memang memiliki beberapa laboratorium yang didanai AS, dan negara-negara Eropa yang bertujuan menelitu mikroorganisme penyebab penyakit (patogen) seperti Anthrax,demam berdarah dan penyakit lainnya.
 
"Jawabannya adalah laboratorium itu bukan laboratorium senjata biologis. Mereka digunakan untuk tujuan yang mengerikan oleh Uni Soviet. Tetapi lebih dari 30 tahun yang lalu, mereka diubah di laboratorium biologis untuk menghasilkan vaksin dan tujuan yang baik hati. Ini seperti mengambil senapan, melelehkannya, dan membuat bajak. Dan kemudian berkata, Tunggu, kamu seharusnya tidak melakukan itu. Dulu senapan tidak masuk akal," kata penulis The Dancer and the Devil: Stalin, Pavlova, dan Road to the Great Pandemic, John O'Neill dalam sebuah wawancara telepon dengan Mediamagelang pada 24 Maret 2022 menambahkan bahwa laboratorium penelitian biologi tidak berarti akan menghasilkan senjata biologis.
 
O'Neill mengungkapkan AS pernah dituding menggunakan senjata kimia dalam Perang Korea (1950-1953) oleh (dulu) Uni Soviet, Korea Utara dan China.
 
Tudingan tersebut terbukti salah setelah lebih dari 40 tahun berselang ada dokumen era Uni Soviet yang dikumpulkan dari arsip Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet tertanggal 21 Februari 1952 dan 13 April dan 2 Juni 1953.
Tuduhan negara-negara Barat atas Rusia dan senjata kimia tidak mengejutkan karena mereka pernah mencurigai Moskow dan rezim Bashar al-Assad Suriah telah menggunakan klorin di Aleppo.
 
Rusia sering mengklaim bahwa laporan investigasi OPCW mengenai agen saraf di Suriah kurang transparan. Moskow berpendapat pesan itu gagal menyebutkan bahwa kelompok propaganda yang didukung Barat The White Helmets membuat video palsu seolah-olah rezim Assad berada di belakang serangan kimia di Douma pada April 2018.
 
"Kami telah mempelajari laporan awal tentang penyelidikan insiden yang relatif tinggi, yang terjadi di Douma Suriah pada April 7. Dan kami memiliki sejumlah pertanyaan kepada penulisnya, "kata Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Georgy Kalamanov ketika TASS melaporkan.
 
Perang propaganda di media dan media sosial
 
Perang di masa sekarang tidak hanya sekedar perang adu senjata namun yang tak kalah seru adalah perang propaganda dan informasi di media sosial.
 
Salah satu yang sempat beredar di media sosial adalah infografis dari Garda Nasional Ukraina yang mengklaim bahwa negaranya lebih menderita ketimbang Suriah.
 
Dalam infografis tersebut dari akun Twitter @ng_ukraine, digambarkan bahwa lima tahun terakhir ada 100 rudal di Suriah dan 1100 serangan rudal di Ukraina dalam 22 hari serangan Rusia.
 
Hal tersebut langsung dibantah oleh lembaga pemantau perang Airwars.
 
Lembaga tersebut mencatat sejak 2015 sudah ada 45.000 rudal Rusia yang menghantam Suriah.
 
Infografis tersebut kemudian dihapus karena menuai protes.
 
Dimanapun perang serta apapun alasannya, tetap saja warga sipil yang paling menderita sehingga tidak layak membanding-bandingkan dampak kerusakannya.
 
Kemudian, video terkait pilot pesawat tempur Ukraina yang mengklaim menembak enam jet tempur Rusia (yang dinamain Hantu Kiev) sempat beredar viral di Tik Tok.
 
Namun setelah ditelaah lebih lanjut, video tersebut berasal dari video game dan tidak ada bukti valid soal Ghost of Kyiv tersebut.
 
Perundingan damai
 
Segala upaya dilakukan agar Rusia dan Ukraina bisa berdamai.
 
Bahkan konglomerat Rusia sekaligus eks pemilik Chelsea Roman Abramovich pun turun tangan demi mewujudkan damai, terlebih sang crazy rich juga dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
 
Kabar terakhir adalah Sekretaris Jenederal PBB Antonio Guterres akan bertemu Putin dan Presiden Ukraina Volodimir Zelenskyy secara terpisah pekan ini.
 
Menurut Weichert dalam wawancara tambahan via email 30 Maret 2022 lalu, kota Mariupol menjadi kunci dan Rusia akan terus berusaha agar kota ini dikuasai.
 
"Adapun pembicaraan damai Rusia-Ukraina: Rusia tampaknya mengalihkan fokus mereka dari bagian barat Ukraina ke bagian bahwa Rusia sudah memiliki kendali atas, Ukraina Timur. Dengan demikian, pengamanan Mariupol menjadi kunci. Sementara bagian Timur Ukraina umumnya berbahasa Rusia, khususnya,Mariupol yang agak anti-Rusia dan akan terus melawan tetapi Rusia tidak dapat meninggalkan dorongan mereka untuk Mariupol sehingga kita dapat mengharapkan pertumpahan darah yang lebih besar dan lebih banyak kehancuran bersejarah, kota yang penting secara ekonomi. Penting juga untuk menunjukkan bahwa Rusia tidak kehilangan keuntungan politik dalam penyelesaian perdamaian yang diusulkan. Bagaimanapun, tujuan awal keterlibatan Rusia di Ukraina adalah untuk merebut kendali atas Ukraina Timur," ujar Weichert.
 
Mariupol memang kota kecil namun berperan vital dalam menghubungan Moskow dengan kelompok pendukung Rusia di Donbas.
 
Selain itu, kota pelabuhan ini penghasil berbagai komoditas ekspor seperti baja, jagung dan sebagainya.
 
Menguasai Mariupol sama dengan mematikan ekonomi Ukraina sekaligus menumpas gerakan neo-Nazi.
 
Ini karena ada kelompok sayap kana Brigade Azov yang melawan kelompok pro-Rusia di Donetsk.
 
Tentunya in bisa jadi alasan Rusia untuk menggaungkan propaganda bahwa alasan operasi militer Rusia adalah untuk melawan kelompok neo-Nazi.
 
Demikian rangkuman terkini dari dua bulan invasi Rusia ke Ukraina.***

Editor: Sonia Okky Astiti

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x