Jelang Pelantikan Joe Biden, FBI Perketat Pengawasan Percakapan Bernada Ekstrimis di Internet

- 16 Januari 2021, 05:35 WIB
FBI mulai awasi percakapan di internet yang bernada ekstrimis jelang pelantikan Joe Biden.
FBI mulai awasi percakapan di internet yang bernada ekstrimis jelang pelantikan Joe Biden. /Foto: Pixabay/Free-Photos/Free-Photos

Media Magelang - Federal Bureau of Investigation (FBI) mengaku mengintensifkan pengawasan terhadap obrolan bernada ekstrimis di internet jelang pelantikan Joe Biden pada 20 Januari mendatang, seperti yang dilansir oleh Reuters.

Segala aktivitas obrolan yang mengindikasikan adanya sinyal peringatan dini dari serangan ekstrimis yang direncanakan di sekitar pelantikan Joe Biden di Washington pada 20 Januari akan langsung ditindaklanjuti oleh FBI.

Jauh sebelum kejadian di Gedung Capitol AS pada 6 Januari lalu, segala percakapan yang dilakukan pendukung Donald Trump di internet tidak menjadi prioritas FBI.

Baca Juga: SCTV dan Indosiar Pindah Frekuensi, Begini Solusi untuk Pengguna Parabola

Namun keadaan menjadi sangat berbeda setelah kekacauan itu terjadi hingga merenggut lima korban jiwa.

FBI Tanggapi Serius Semua Obrolan di Internet

Saat ini FBI jauh lebih sensitif menangani segala bentuk indikasi munculnya kekacauan jelang pelantikan presiden terpilih.

Salah satu pendukung Trump dengan nama pengguna CONN_WYNN sempat merasakan bagaimana FBI mengetuk pintunya setelah ia memposting ucapan sumpah serapah di situs pro-Donald Trump, TheDonald.win.

Baca Juga: Ini Dia Tanaman Hias Aroid, Rela Dibarter dengan Rumah Seharga Rp500 Juta!

CONN_WYNN memperingatkan pengguna lain agar belajar dari kesalahannya sambil memposting bukti kartu nama agen FBI yang mengunjunginya.

Saat dikonfirmasi, juru bicara FBI di kantor San Francisco tidak memberikan komentar lebih lanjut namun mengatakan jika orang tersebut memiliki kartu nama kami maka kejadian itu adalah benar.

"Anda tidak ingin menjadi orang yang mengundang agen FBI untuk mengetuk pintu rumah pada jam 6 pagi," kata Direktur FBI Christopher Wray pada hari Kamis saat briefing yang disiarkan televisi dengan Wakil Presiden Mike Pence.

Baca Juga: Update Gempa M6,2: Pengungsi Gempa Tersebar di 15 Titik Pengungsian di Majene dan Mamuju

Ia menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dengan sengaja ingin didatangi FBI hanya karena obrolannya yang bernada ekstrim di internet, sehingga publik harus lebih bijak bersuara.

 "Siapa pun yang merencanakan atau mencoba melakukan kekerasan di minggu mendatang akan mendapatkan kunjungan, " tegas Christopher.

Tanda Bahwa Obrolan Semua Orang Di Internet Sedang Diawasi

Jared Maples, direktur New Jersey Office of Homeland Security and Preparedness, mengatakan kepada Reuters bahwa kantornya melipatgandakan pekerjaannya untuk melacak kemungkinan ancaman ekstrimis domestik dan memastikan untuk mengetahui obrolan apa yang sedang online.

Baca Juga: Update Gempa Majene: Presiden Jokowi Instruksikan Mensos Risma dan BNPB Turun ke Lokasi Kejadian

Steven D'Antuono, asisten direktur yang bertanggung jawab atas kantor lapangan FBI di Washington juga mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa penegak hukum juga berada dalam posisi yang sulit.

Mereka harus benar-benar menentukan apakah orang-orang yang berkata dengan nada kasar secara online bermaksud merugikan atau hanya ingin menunjukkan kata-kata yang keras dan mengintimidasi.

Hal ini mengingat Amerika Serikat memiliki kebebasan berbicara sangat dilindungi di bawah Amandemen Pertama Konstitusi.

Baca Juga: Majene Diguncang Gempa Dua Hari Berturut-turut, Fahri Hamzah Minta Mensos Risma Segera Tolong

Frank Figliuzzi, sebagai mantan asisten direktur FBI untuk kontra intelijen, mengatakan petugas penegak hukum akan lebih aktif memberi tahu beberapa pengguna online mengobarkan kekerasan bahwa mereka sedang diawasi.

“Anda yakin mereka akan mengetuk lebih banyak pintu, memberitahu orang-orang, 'Kami di sini (mengawasi)',” katanya.

Jelang pelantikan Joe Biden pada 20 Januari mendatang FBI mengintensifkan pengawasan terhadap obrolan bernada ekstrimis di internet, untuk mencegah tindakan ekstrimis terulang pasca penyerangan Gedung Capitol AS beberapa waktu lalu.***

Editor: Puspasari Setyaningrum

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah