ChatGPT Digugat Seorang Penyiar Radio, Mari Telusuri Legalitas Informasi yang Dihasilkan Chatbot Open AI

- 17 Juni 2023, 07:00 WIB
ChatGPT Digugat Seorang Penyiar Radio, Mari Telusuri Legalitas Informasi yang Dihasilkan Chatbot Open AI /
ChatGPT Digugat Seorang Penyiar Radio, Mari Telusuri Legalitas Informasi yang Dihasilkan Chatbot Open AI / /Antara/

Media Magelang - Teknologi Chat Generative Pretrained Transformer atau yang lebih dikenal sebagai ChatGPT telah menunjukkan kemajuan yang pesat pada tahun 2023. 

ChatGPT merupakan sistem berbasis tanya jawab yang mirip dengan chatbot atau agen virtual yang mampu memahami bahasa sehari-hari. 
 
Dikembangkan oleh OpenAI yang didirikan oleh Sam Altman dan Elon Musk pada tahun 2015, teknologi ini menggunakan Natural Language Processing (NLP) untuk memahami bahasa alami manusia. 
 
Tujuan utama pengembangan ChatGPT adalah untuk menyediakan kecerdasan buatan (AI) yang memberikan manfaat bagi manusia. 
 
 
Meskipun ChatGPT diklaim dapat menggantikan pekerjaan manusia dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tugas dengan cepat, muncul pertanyaan mengenai legalitas konten yang dihasilkan oleh teknologi ini, termasuk apakah konten tersebut dapat dianggap plagiat.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, ChatGPT dapat merangkum data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 
 
Data tersebut diperoleh berdasarkan perintah dan kata kunci yang diberikan oleh pengguna Chat-GPT. Data yang dikumpulkan oleh ChatGPT diolah menjadi satu kesatuan dan ditampilkan dalam jawaban yang diberikan oleh ChatGPT.
 
 
Hal ini menunjukkan bahwa ChatGPT bukanlah plagiat, karena kata kunci yang diberikan merupakan hasil usaha pengguna. 
 
Meskipun memiliki banyak kelebihan, penggunaan ChatGPT juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa plagiasi, yaitu ketika tanggapan yang dihasilkan oleh ChatGPT diklaim oleh seseorang yang bukan penciptanya.
 
Hal ini mengakibatkan ketidakadilan yang dapat merugikan pengguna ChatGPT lainnya.

Legalitas konten yang dihasilkan oleh ChatGPT sebenarnya tidak dapat diakui oleh individu secara pribadi. 
 
Meskipun ChatGPT menerima perintah berupa kata kunci yang diajukan oleh pengguna, jawaban yang dihasilkan oleh ChatGPT sebenarnya merupakan data milik orang lain yang harus dikutip jika ingin menggunakannya.
 
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, data atau karya yang dihasilkan oleh Chat-GPT tidak diketahui penulisnya dan tidak diketahui tahun pengambilan data atau dokumen tersebut. 
 
Pengguna ChatGPT hanya menerima jawaban yang tersedia dalam respon Chat-GPT tanpa informasi asal atau sumber dari jawaban tersebut. 
 
Oleh karena itu, pengguna ChatGPT seharusnya tidak mengklaim kepemilikan atas tulisan yang muncul dalam tanggapan ChatGPT.

Pembuat konten media yang menggunakan tanggapan ChatGPT dan mengklaim kepemilikan tulisan tersebut dapat dianggap melanggar hak cipta, termasuk pelanggaran hak eksklusif dari pencipta seperti memperbanyak, menjual, atau memamerkan karya tanpa izin dari pencipta. 
 
Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur jenis-jenis kegiatan yang tidak melanggar hak cipta. 
 
Plagiarisme sering kali dianggap sebagai pelanggaran etika dan bukan pelanggaran hukum. Pasal 44 dalam UU Hak Cipta mengatur sebagai berikut: "Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan: (a) pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta; (b) dan sebagainya."

Rumusan Pasal 44 huruf a tersebut harus diperhatikan. Dari ketentuan tersebut, jelas bahwa mencantumkan sumber adalah syarat mutlak untuk terbebas dari tindakan pelanggaran hak cipta. 
 
Artinya, jika sumber tidak dicantumkan, tindakan tersebut secara otomatis dianggap melanggar hak cipta, meskipun dalam pasal ini tidak secara eksplisit menyebutkan ancaman sanksi pidana jika terjadi pelanggaran. 
 
Penggunaan karya yang dihasilkan dari tanggapan ChatGPT dapat dianggap sebagai kecurangan dan plagiasi yang dapat dikenakan Pasal 44 UU Hak Cipta karena tidak mencantumkan sumber analisis yang digunakan dalam tulisan baru.

Dalam konteks legalitas penggunaan konten yang dihasilkan oleh ChatGPT, pengacara hak kekayaan intelektual Bern Elliot dari Gartner menyatakan bahwa tanggapan yang dihasilkan oleh Chat-GPT berdasarkan koleksi karya yang sudah ada sebelumnya, namun belum ada preseden hukum yang mengatur penggunaan ulang konten tersebut. 
 
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa tanggapan yang dihasilkan oleh ChatGPT merupakan hasil dari karya sebelumnya yang diubah oleh sistem ChatGPT sehingga dapat memberikan jawaban kepada pengguna teknologi ini. 
 
Jika terdapat klaim pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual terhadap konten yang dihasilkan oleh ChatGPT, situasinya menjadi lebih rumit karena belum ada hukum yang mengatur tentang plagiasi yang dilakukan oleh sistem kecerdasan buatan atau ChatGPT.

Secara keseluruhan, legalitas konten yang dihasilkan oleh ChatGPT masih belum memiliki landasan hukum yang jelas. 
 
Konten yang dihasilkan melalui tanggapan ChatGPT sulit untuk diidentifikasi apakah melanggar hak cipta, dan belum ada hukum yang mengatur hal ini dengan tegas. 
 
Pasal 44 UU Hak Cipta menyebutkan bahwa seseorang harus mencantumkan atau tidak mencantumkan sumber analisis yang digunakan dalam tulisan baru. 
 
Untuk menegakkan hak cipta dalam konteks ChatGPT, penulis harus mendaftarkan karyanya ke Kantor Hak Cipta atau menghadapi penolakan dari kantor tersebut.
 
Pendekatan ini mungkin akan dihadapkan pada tantangan karena persyaratan pendaftaran yang umumnya berlaku untuk karya manusia.

Karya yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan berada dalam domain publik sebagai karya turunan tanpa pemilik hak cipta atau karya turunan dari materi yang digunakan untuk pelatihan. 
 
Kepemilikan atas karya turunan tersebut tergantung pada sumber set data pelatihan dan kesamaan karya kecerdasan buatan dengan set pelatihan. 
 
Sebagai penulis yang bertanggung jawab, disarankan untuk menggunakan kutipan pada setiap karya yang dihasilkan oleh orang lain. 
 
Tanggapan yang dihasilkan oleh ChatGPT dan dimasukkan dalam sebuah artikel atau makalah harus dikutip sebagai tanggapan yang dihasilkan oleh ChatGPT, diakses pada 1 Maret 2023. 
 
Penggunaan kutipan tersebut merupakan bentuk penghargaan penulis terhadap penulis sebelumnya yang telah membuat pernyataan yang digunakan meskipun melalui kutipan tanggapan ChatGPT.

Perlu diingat bahwa penggunaan ChatGPT harus dilakukan dengan hati-hati, karena chatbot buatan OpenAI ini masih dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat. 
 
Terdapat kasus di mana ChatGPT menghasilkan ringkasan yang salah tentang sebuah kasus persidangan, yang berisi tuduhan palsu terhadap seseorang. 
 
Hal ini dapat menimbulkan dampak buruk, seperti pencemaran nama baik. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk tetap kritis dan melakukan verifikasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT sebelum menggunakannya dalam konteks yang serius.

Dalam konteks hukum, masih ada banyak pertanyaan yang harus dijawab dan peraturan yang harus dikembangkan terkait legalitas konten yang dihasilkan oleh ChatGPT. 
 
Dalam sebuah kasus yang sedang disidangkan, ChatGPT membuat ringkasan yang tidak akurat perihal sebuah informasi skandal penyalahgunaan dana.

Ringkasan Chat GPT Open AI Chatbot tersebut menuduh penyiar radio bernama Mark Walters telah menyalahgunakan dana sebesar 5 juta dolar AS dari Second Amendment Foundation.

Seorang jurnalis bernama Fred Riehl menggunakan ChatGPT untuk membantu dalam penyusunan informasi, namun ia tidak mempublikasikan informasi yang dihasilkan oleh ChatGPT.

Sayangnya, dokumen yang berisi informasi yang salah perihal penyalahgunaan dana, akhirnya sampai di tangan Walters.

Akibatnya, Mark Walters memutuskan untuk menggugat OpenAI atas pencemaran nama baik. Gugatan ini diajukan oleh Walters di Pengadilan Tinggi Gwinnett County di Georgia pada tanggal 5 Juni 2023.

Saat ini, jumlah ganti rugi moneter yang diminta Walters belum ditentukan dan diumumkan ke awak media.
 
Sementara itu, pengguna ChatGPT perlu menjaga integritas penulisan dengan mencantumkan sumber dan menggunakan kutipan yang tepat. 
 
Seiring perkembangan teknologi dan hukum, diharapkan adanya regulasi yang lebih jelas dan jaminan hukum terkait penggunaan konten yang dihasilkan oleh sistem kecerdasan buatan seperti ChatGPT.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah